TEMPO.CO, Jakarta - Pneumonia atau paru-paru basah sedang menjadi tren menyusul pengumuman tentang manajer klub sepakbola Juventus, Maurizio Sarri, yang didiagnosis dengan penyakit ini. Di Indonesia sendiri pada 2015 kasus pneumonia menduduki peringkat ke-10 dengan jumlah pasien 554.650 orang.
Dengan banyaknya penderita penyakit ini, kabar simpang siur mengenai penyumbatan akibat cairan di paru-paru pun sangat bisa didapat dan diserap begitu saja. Agar tidak salah langkah, situs Huffington Post dan The Daily Star pun mau meluruskannya.
Mitos pertama: Suhu yang dingin membuat Anda rentan terjangkit pneumonia
Tak bisa dipungkiri, musim hujan memang selalu dikaitkan dengan tingginya risiko pneumonia. Namun, hal tersebut bukan disebabkan oleh suhu dan hawa yang dingin melainkan karena orang cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk.
Mitos kedua: Pneumonia bukan penyakit yang membahayakan
Banyak orang yang beranggapan jika pneumonia adalah penyakit yang tidak membahayakan sebab selalu dikaitkan dengan pilek biasa. Namun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pneumonia sangat berbahaya karena merupakan penyebab kematian menular tunggal terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. penyakit ini menyumbang 15 persen dari semua kematian anak di bawah usia 5 tahun atau menewaskan sekitar 935.000 anak di 2013.
Mitos ketiga: Pneumonia dapat disembuhkan dengan antibiotic
Memang, pneumonia bisa sembuh dengan mengonsumsi antibiotik. Namun, menurut spesialis paru di Durban, Afrika Selatan, Rosie Carey, itu hanya berlaku pada pneumonia berjenis bakteri. Masalahnya, terdapat pula berbagai jenis pneumonia lain sehingga pengecekan terlebih dulu kepada dokter harus dilakukan.
Baca Juga:
“Kalau Anda mengidap pneumonia jamur, harus diberi obat antivirus. Begitu pula dengan streptococcus pneumoniae dan haemophilus influenzae tipe b (HIB) yang membutuhkan vaksinasi,” katanya.
Mitos keempat: Pneumonia hanya menyerang kelompok orang tertentu
Walaupun banyak kasus dikaitkan dengan anak-anak, namun berbagai kelompok lain juga memiliki risiko yang besar. Contohnya saja perokok berat seperti Maurizio Sarri, lansia, mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, dan mereka yang tinggal di rumah yang padat dan berventilasi buruk. Jika Anda termasuk salah satu pemilik risiko ini, segera perbaiki gaya hidup.