TEMPO.CO, Jakarta - Akar bajakah belakangan menjadi tren karena dianggap bisa mengobati kanker. Hal ini pertama kali dikemukakan oleh dua siswa SMA Negeri 2 Palangka Raya, Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharan, dalam ajang World Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan.
Oleh karena penemuannya tersebut, keduanya pun mendapatkan medali emas dengan melewati peserta 22 negara yang ikut berkompetisi. Masyarakat maupun pemerintah merasa kagum akan khasiat akar bajakah ini. Karena membutuhkan banyak penelitian untuk lebih membuktikan kebenaran hal ini, pemerintah pun mengaku siap untuk membantu mengawasi dan mendanai.
“Dari Kemenkes (Kementerian Kesehatan) akan memberikan dukungan penuh dari segi pengawasan yang terdiri dari para ahli dan dana,” kata Menteri Kesehatan, Nila Djuwita F. Moeloek di Kantor Kementerian Kesehatan RI di Jakarta pada Senin, 26 Agustus 2019.
Dalam acara konferensi pers terkait akar bajakah, Nila juga mengatakan bahwa kebutuhan laboratorium akan diserahkan sepenuhnya kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
“Karena diambil dari ekstrak tumbuhan dan tergolong sebagai bagian dari obat jalur tradisional, kami juga bekerjasama dengan badan litbang untuk memfasilitasi anak-anak,” katanya.
Meski demikian, hingga kini Nila mengatakan bahwa Gubernur Kalimantan Tengah, Sugianto Sabran telah sepenuhnya memberikan dukungan untuk penelitian bajakah sehingga Kemenkes akan menjadi pendukung tambahan jika diperlukan.
“Untuk saat ini, kami sudah bersiap jika Pak Gubernur membutuhkan bantuan dalam penelitian. Karena memang sudah difasilitasi dari sana. Kami support saja kalau dibutuhkan,” katanya.