TEMPO.CO, Jakarta - Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan tiroid. Usia hingga tingginya tingkat stres bisa jadi faktor risiko seseorang terkena gangguan tiroid. Selain itu, faktor genetik juga menjadi penentu.
"Di antara faktor penyebab autoimunitas terhadap kelenjar tiroid, genetik dianggap merupakan faktor pencetus utama," ujar spesialis penyakit dalam di RS Pondok Indah – Puri Indah, Jakarta, M. Ikhsan Mokoagow di Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2019.
Selain itu, usia di atas 60 tahun, jenis kelamin perempuan, dan perilaku merokok juga menjadi faktor risiko terjadinya gangguan tiroid. Merokok bisa menyebabkan kekurangan oksigen di otak dan nikotin dalam rokok dapat memacu peningkatan reaksi inflamasi.
"Soal mengapa perempuan, sulit dijawab," kata Ikhsan.
Stres juga bisa menjadi faktor risiko karena berkorelasi dengan antibodi TSH-reseptor, lalu riwayat keluarga yang berhubungan dengan autoimun menyebabkan terjadinya hipertiroidisme autoimun.
Faktor lain, zat kontras yang mengandung yodium. Hipertiroidisme terjadi setelah mengalami pencitraan menggunakan zat kontras yang mengandung yodium.
"Faktor lingkungan juga berperan, misalnya kadar yodium dalam air kurang," kata Ikhsan.
Hormon tiroid mengatur kecepatan bekerja sel-sel tubuh. Bila hormon ini dihasilkan dalam jumlah terlalu banyak, maka aktivitas sel dan organ-organ tubuh seseorang akan meningkat. Kondisi ini disebut hipertiroid.
Pada hipertiroid, penderita umumnya juga mengalami gejala lain seperti sesak napas ketika beraktivitas, kelelahan, lebih tahan suhu dingin atau tidak tahan suhu panas, keringat berlebihan.
Sebaliknya, bila hormon tiroid yang dihasilkan terlalu sedikit, sel-sel dan organ tubuh akan melambat atau disebut hipotiroid. Sebagai contoh, denyut jantung lebih lambat daripada denyut normal dan aktivitas usus dapat menurun sehingga terjadi sembelit.