TEMPO.CO, Jakarta - Desainer aksesoris kenamaan Rinaldy Yunardi mengaku merasa beruntung memiliki teman-teman dan keluarga yang mendukungnya, termasuk untuk urusan pemasaran. Biasanya, dia bekerja malam hari karena suasananya relatif lebih tenang. Lembaran-lembaran kertas dan pensil menjadi dua alat yang amat dia butuhkan saat itu.
"Di manapun saya sediakan diri untuk berkarya. Saya tidak menunda. Buat saya yang penting konsentrasi. Musik pelan saja untuk nemenin. Yang perlu kertas dan pensil," tutur Rinaldy.
Karya pertama Rinaldy berupa tiara terbuat dari potongan-potongan akrilik, ditambah payet, sedikit kristal dan disambung menggunakan kawat dan lem. Ukurannya sedang namun ringan.
"Saya tahu itu jam 12 siang. Saya kotak-katik akrilik, saya potong menggunakan wire cut manual. Kok bisa berbentuk kayak Victorian. Saya enggak ngerti kenapa waktu itu menggunakan akrilik," katanya sambil mengingat proses itu.
Merasa percaya diri dengan karya itu, dia lalu mencoba menawarkan pada banyak orang. Waktu itu dia menumpang ojek. Selang beberapa waktu, tiara akrilik jadi populer di pasaran.
Model berpose diatas catwalk saat memperagakan busana desainer Rinaldy A. Yunardi dalam acara Jakarta Fashion Week di Jakarta, 26 Oktober 2018. REUTERS/Willy Kurniawan
Sebenarnya, Rinaldy kali pertama tahu tentang tiara saat bekerja bersama perancang Kim Tong pada 1993. Dia mendapat tugas menjual tiara milik rekannya itu.
"Itu kali pertama saya mengenal tiara. Tetapi, belum ada ketertarikan. Tugas saya jualan. Usia saat itu sekitar 23 tahunan. Hanya enam bulan bertahan di sana," kata bungsu dari tiga bersaudara itu.
Tiara akrilik laku di pasaran perlahan membuat Rinaldy semakin percaya diri membuka usaha di bidang aksesori pernikahan termasuk jasa penyewaan tiara. Terkadang, ada saja pengalaman buruk yang mampir, ditipu hingga dicibir orang lain. Salah satu konsumen pernah kabur tanpa membayar biaya sewa tiara. Waktu itu, sekitar tahun 1990- an, dia menelan rugi sekitar Rp3 juta.
Rinaldy juga pernah dicibir rekan sesama perancang yang sudah lebih dulu terjun ke dunia aksesori. "Dihina saingan. Dibilang menyontek karya dia. Saya kan dari akrilik, 3,4 cm. Kalau dia kan bisa 7,8 cm. Bahannya beda. Karya saya dilempar ke lantai, hancur. Aduh nangis deh," tutur Rinaldy.
Madonna tampil dalam Grand Final Kontes Lagu Eurovision 2019 di Tel Aviv, Israel, 19 Mei 2019. Rinaldy Yunardi menggunakan batu alam kristal putih sebagai bahan utama tiara dan metal untuk detail ukiran pada arm piece yang digunakan Madonna. Orit Pnini for KAN/Handout via REUTERS
Belum lagi masalah penjiplakan. Rinaldy sebenarnya tahu ulah sesama perancang yang meniru karyanya. Walau tak tegas melarang, dia berharap para peniru bisa menciptakan karya sendiri.
"Saya tidak bisa melarang, tetapi jadilah diri sendiri. Silahkan tetapi setelah itu jadi diri sendiri. Memperkaya fashion Indonesia dengan jati diri masing-masing," jelasnya.
Pada dunia aksesori pernikahan, misalnya, berbagai daerah memiliki kekhasan yang perlu masyarakat luas tahu. Rinaldy menyarankan sebuah museum fashion mungkin bisa dibangun, melalui bantuan pemerintah. Nantinya, masyarakat bisa melihat segala perwujudkan karya aksesori seniman tanah air di museum itu.
"Saya suka fashion, sejarah. Saya ingin kayak museum fashion Indonesia. Sejarah berjalan terus. Melihat perwujudan hasil karya para seniman," kata Rinaldy.
Enam Diva Indonesia; Andien, Krisdayanti, Syahrini, Melly Goeslaw, Titi DJ, Rossa di peragaan busana “Equilibrium” Rinaldy Yunardi di Ritz Carlton Ballroom, Jakarta. Instagra,
Selain museum, buku-buku yang memuat berbagai aksesori dari daerah juga sebaiknya tersedia. "Setiap daerah punya ciri khas dengan teknik handmade sendiri. Sejarah sangat penting. Kenapa ukiran begini, padu padan seperti apa," tuturnya.
Ketika ditanya mengapa bukan dia saja yang membuat buku yang dimaksud, dia menyarankan sebaiknya dilakukan mereka yang ahli. Kalaupun nantinya dia mengeluarkan buku, maka itu tentang diri dan karyanya.
Dalam waktu dekat hingga lima tahu mendatang, Rinaldy sementara fokus pada renovasi galerinya. Pada 19 September 2019 dia terlibat dalam pertunjukan bertema bunga di Bali.
"Kolaborasi dengan penata bunga lokal. Ciptakan karya yang indah. Tetap edgy dan cantik tetapi enggak seperti karnaval," ujarnya.
Ada sekitar 25-26 aksesori yang dia ciptakan dan semuanya menceritakan soal Indonesia, khususnya bunga-bunga khas di Tanah Air.