TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito mengingatkan pentingnya pelabelan produk yang dapat menghindarkan konsumen dari material yang memicu munculnya penyakit tidak menular (PTM) seperti kanker. "Pelabelan gizi pangan olahan merupakan salah satu strategi pencegahan PTM dan sekaligus pencegahan risiko gizi kurang," kata Penny di Jakarta, Selasa 3 September 2019.
Beberapa contoh penyakit tidak menular adalah kanker, stroke, penyakit ginjal, diabetes melitus dan hipertensi. Penyakit ini diderita masyarakat, salah satunya diakibatkan karena konsumsi pangan yang tidak memperhatikan keamanan, mutu, gizi serta kecukupannya.
Penny mengatakan pelabelan produk biasanya berisi tentang informasi kandungan gizi sehingga penting agar masyarakat mendapatkan informasi yang akurat mengenai kandungan pangan olahan yang dikonsumsi sehari-hari. Untuk itu, BPOM mendorong agar masyarakat lebih teliti membaca informasi kandungan pangan olahan.
Berdasarkan survei tahun 2016 dan 2017 terkait pembacaan label pangan olahan yang dilakukan BPOM menunjukkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk membaca label masih rendah. World Health Organization (WHO) Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban menjamin konsumen mendapatkan informasi yang benar pada label.
"Sejalan dengan hal tersebut, BPOM selain memiliki tugas dan fungsi menyiapkan regulasi tentang label pangan olahan termasuk label gizi, juga melakukan pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)," kata dia.
Baca Juga:
BPOM, kata Penny, terus mengajak dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memahami dan mendukung pola konsumsi sehat, antara lain melalui regulasi tentang pelabelan gizi. "Kami telah merevisi regulasi tentang Informasi Nilai Gizi termasuk bentuk penyampaian Informasi Nilai Gizi yang mudah dipahami oleh konsumen," katanya.
Timnya sudah melakukan survei penentuan desain dan bentuk label gizi yang paling sesuai dan paling mudah dipahami oleh masyarakat. Akhirnya diperoleh desain monokrom informasi nilai gizi dan logo “Pilihan Lebih Sehat” yang dicantumkan pada bagian utama label.
Pertama dari segi desain monokrom pada dasarnya sama dengan informasi nilai gizi yang ada di belakang label. Namun desain ini hanya sebagai highlight dari beberapa zat gizi yang terkait dengan PTM seperti energi, lemak, lemak jenuh, gula, dan garam.
Kedua, produk yang mencantumkan logo “Pilihan Lebih Sehat” berarti telah memenuhi kriteria untuk menjadi pilihan produk yang lebih sehat berdasarkan kandungan gula, garam, atau lemaknya. Untuk tahap awal baru diberlakukan untuk produk minuman siap konsumsi dan mi dan pasta instan. Meskipun demikian masyarakat harus memahami bahwa pilihan lebih sehat ini dibandingkan dengan produk sejenis dan dikonsumsi dalam jumlah yang wajar.
“Adanya penyederhanaan desain label gizi ini diharapkan mampu membuat masyarakat lebih tertarik dan mudah memahami pembacaan label gizi pada produk serta menjadikan label gizi ini sebagai salah satu pertimbangan dalam memilih produk pangan sesuai dengan kebutuhan gizinya,” kata Penny.