TEMPO.CO, Jakarta - Rokok elektrik atau yang lebih dikenal dengan sebutan vape sangatlah populer di kalangan anak muda. Bahkan, menurut sebuah data, sebanyak satu dari lima pelajar sekolah menengah atas (SMA) mengkonsumsinya.
Meski demikian, berbagai masalah kesehatan dapat terjadi dari penggunaan vape. Dalam acara konferensi pers 'Mengenal Produk Juul: Ditolak Singapura, Dipertanyakan Amerika Serikat, Diterima di Indonesia?', dokter spesialis paru Feni Fitriani Taufik pun menjelaskannya.
Pertama, ia mengatakan bahwa vape dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Ini disebabkan oleh efek imunosupresif yang terkandung pada setiap cairan vape. Padahal, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk menangkal virus dan bakteri penyebab penyakit. “Akibatnya pasien akan lebih rentan sakit dan mengalami masalah-masalah kesehatan umum seperti flu, batuk dan pilek,” katanya di Jakarta pada Jumat, 6 September 2019.
Kedua, Feni juga menjelaskan bahaya vape dalam menciptakan kecanduan. Layaknya rokok konvensional, vape juga mengandung nikotin. Lebih dari itu, berbagai masalah kardiovaskular juga bisa ditimbulkan dari penggunaan nikotin yang berlebihan. “Nikotin sangat adiktif. Biasanya mereka juga menyebabkan masalah kesehatan seperti iritasi paru, serangan jantung dan stroke,” katanya.
Terakhir dan tak kalah penting, ia menyebutkan jika vape bisa menyebabkan kanker paru. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan karsinogen yang ada pada rokok elektrik. Vape bertindak langsung merusak DNA dalam sel sehingga menyebabkan kelainan pada sel normal. “Karena ada karsinogen, risiko kanker paru-paru pasti ada,” katanya.
Baca Juga:
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA