TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian dari Universitas Toronto, Kanada, menunjukkan bahaya asap yang dihirup penumpang kereta lokomotif bermesin diesel sembilan kali lebih mematikan daripada asap di jalanan ramai.
“Bayangkan duduk berjam-jam di belakang truk besar ketika jalanan macet. Ini sama seperti yang dialami penumpang lokomotif diesel, terutama mereka yang duduk tepat di belakang mesin,” ucap Greg Evans, peneliti yang juga profesor di Pusat Penelitian Aerosol Atmosfer Ontario Selatan.
Ia dan timnya menemukan pada lokomotif diesel terjadi pembentukan karbon hitam dan ultrafine particle (UFP), partikel nanoskala yang tersebar di udara, yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Campuran karbon hitam, UFP, serta karsinogen yang dihasilkan lokomotif diesel dapat berpengaruh ke sistem pernapasan, reproduksi, dan kardiovaskular.
Peneliti membandingkan kadar karbon hitam dan UFP pada lokomotif diesel dengan jalanan ramai. Mereka terkejut begitu menemukan betapa tingginya kadar zat-zat berbahaya tersebut pada kereta lokomotif diesel.
Penelitian juga menemukan jumlah karbon hitam dan UFP pada kereta yang ditarik mesin diesel sembilan kali lebih banyak daripada yang dihasilkan pada jalanan macet. Sebaliknya, kereta yang didorong mesin diesel memiliki kadar karbon hitam dan UFP yang lebih rendah daripada jalanan macet.
Mereka juga menemukan bahwa gerbong tengah kereta lokomotif diesel tiga kali lebih aman dibandingkan dengan gerbong paling depan. Penelitian yang disponsori oleh Metrolinx, agensi transportasi milik pemerintah Kanada. Evans dan timnya juga bekerjasama dengan Metrolinx untuk menguji penyaring udara buatan yang sejauh ini efektif mengurangi 80 persen kadar karbon hitam lokomotif diesel.
Sementara itu, Evans menyarankan penumpang kereta lokomotif diesel untuk memilih gerbong tengah atau pun belakang.
“Saya sarankan bagi ibu hamil serta penderita penyakit jantung dan pernapasan untuk tidak duduk di gerbong paling depan,” ucap Evans.