TEMPO.CO, Jakarta - Stigma masyarakat terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang berbeda-beda tidak hanya melukai perasaan seseorang. Penelitian menunjukkan adanya konsekuensi fatal dari fat shaming atau ejekan gemuk atau gendut terhadap kesehatan.
Menurut sebuah penelitian di Journal Obesity, individu yang merasa terkucil karena berat badan memiliki risiko tiga kali lebih besar untuk terkena diabetes, penyakit jantung, dan stroke dibandingkan orang lain dengan berat yang sama, tetapi tidak merasa demikian.
“Masyarakat menganut kesalahpahaman bahwa ejekan gendut akan memotivasi penderita obesitas untuk mengubah pola hidup mereka. Hal tersebut menyebabkan maraknya fenomena fat shaming,” kata penulis penelitian, Rebecca Pearl, yang juga merupakan asisten dosen di Pusat Gangguan Pola Makan dan Berat Badan Universitas Pennsylvania di Amerika Serikat.
Penelitian-penelitian sebelumnya hanya menyebutkan bahwa individu yang merasa malu karena penampilan fisiknya memiliki risiko lebih besar untuk mengidap depresi dan merasa minder. Penelitian lain menjelaskan bahwa ejekan gendut justru membuat mereka semakin gemuk, memiliki risiko obesitas, bahkan kematian yang lebih cepat.
Berbeda dengan berbagai penelitian-penelitian tersebut, Pearl dalam penelitiannya mampu memaparkan akibat nyata dari fat shaming terhadap kesehatan. Penelitian ini dilakukan terhadap 159 penderita obesitas, usia 21–65 tahun. Mereka menyebutkan betapa buruknya konsekuensi stigma mengenai berat tubuh terhadap kondisi emosional mereka.
Baca juga:
Rata-rata peserta penelitian setuju bahwa stigma tersebut menyebabkan kegelisahan dan depresi yang mereka alami. Peneliti juga mengukur tekanan darah, ukuran pinggang, kadar trigliserida, kolesterol HDL, dan glukosa peserta. Mereka yang memiliki kadar di bawah standar didiagnosis menderita sindrom metabolik, yaitu kondisi tubuh yang berisiko tinggi terkena penyakit jantung, diabetes, dan stroke.
Ilustrasi perempuan gendut. Shutterstock
Penelitian ini juga menemukan bahwa mereka yang kerap diejek gendut memiliki kadar trigliserida enam kali lebih besar dan berisiko mengidap sindrom metabolik tiga kali lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami fat shaming. Melecehkan tubuh gemuk seseorang akan membuat kepercayaan diri mereka terguncang. Kemampuan mereka untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat juga menurun.
“Berat badan dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan karakter pribadi. Dengan demikian, sangat penting bagi masyarakat untuk mengingat bahwa berat badan bukanlah cerminan karakter seseorang,” jelas Pearl.
Pearl juga mengemukakan bahwa penelitian mendalam mengenai obesitas dengan peserta yang lebih beragam sangat diperlukan. Dia mengakui bahwa penelitian yang dilakukannya tergolong kecil. Mayoritas peserta penelitian Pearl adalah wanita Afrika-Amerika, yang jarang diikutsertakan sebagai peserta penelitian obesitas.
Dia menyebutkan bahwa ada potensi pengaruh ras tertentu terhadap hasil penelitian yang ia lakukan. Namun, untuk saat ini penelitian Pearl telah berhasil mengupas masalah kesehatan yang diakibatkan oleh stigma mengenai berat badan.