TEMPO.CO, Jakarta - Semua orang pasti pernah merasakan cemburu. Bahkan, bayi dan anjing pun merasakan hal yang sama. Cemburu tidak melulu karena iri ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain. Cemburu terkadang usaha seseorang untuk melindungi apa yang ia miliki, atau setidaknya apa yang dipikir itu miliknya.
Para peneliti menduga jika bagian frontal cortex otak sebelah kiri berperan penting dengan berbagai bentuk emosi, seperti malu dan cemburu. Hal lain yang juga berperan penting dalam perilisan rasa cemburu seseorang ialah sistem dopamin. Dopamin merupakan suatu neurotransmitter yang dibentuk oleh tubuh melalui asam amino tirosin yang banyak ditemukan pada berbagai makanan kaya protein.
Dilansir dari Women's Health, Dopamin dapat mempengaruhi berbagai area dalam otak. Misalnya pada daerah mesolimbik, dopamin berperan dalam membentuk emosi senang atau marah akibat suatu hal yang dilakukan.
Berdasarkan cara kerja dopamin, ada tiga macam bentuk cemburu, yakni reactive, suspicious dan delusional. Reactive jealousy merupakan rasa cemburu yang terjadi saat Anda merasa tertipu oleh pasangan atau teman. Misalnya, teman baik Anda pergi bersenang-senang dengan teman barunya tanpa mengajak Anda.
Suspicious jealousy merupakan rasa cemburu yang timbul saat melihat pasangan menggoda orang lain. Anda tentu merasa ragu akan komitmen pasangan. Anda juga merasa tidak nyaman dan tidak percaya pada pasangan.
Delusional jealousy, cemburu yang terakhir ini membuat Anda bertingkah seperti orang kehilangan akal dan tentu berakibat fatal. Entah akan berakhir jadi obsesi atau tidak, saat mengalami cemburu delusional, Anda mulai bertingkah tidak masuk akal, seperti menangis jika mengetahui pasangan mengidolakan Scarlett Johansson atau selalu mengecek ponsel pasangan setiap menit.