TEMPO.CO, Jakarta - Pemberitaan mengenai beredarnya foto, video, atau pesan teks yang mengandung unsur seksual makin marak dilaporkan. Beberapa konten seksual tersebut menyebar, atas konsekuensi dari kegiatan yang disebut sexting.
Sexting adalah aktivitas berkirim pesan tes, foto, atau video seksual melalui chatroom media sosial dan aplikasi cari jodoh, di telepon pintar maupun komputer. Tak jarang, foto dan video yang dikirim merupakan foto pribadi diri sendiri, yang seharusnya tidak dibagikan kepada orang lain. Sexting kerap dilakukan untuk membangkitkan gairah antara pengirim dan penerima.
Kemudahan menggunakan telepon pintar dan mengakses media sosial, membuat banyak orang yang terjebak dalam perilaku sexting. Ada beberapa motif seorang individu melakukan praktik sexting. Berikut beberapa alasan orang lakukan sexting seperti dilansir SehatQ.
1. Tekanan dari pasangan.
Beberapa orang rela bertukar foto dan video topless mereka, karena mendapat tekanan dari pasangan. Tentunya, hal ini menandakan adanya toxic relationship antara keduanya .
2. Menggoda penerima.
Seseorang memiliki alasan untuk mengirimkan foto pribadi miliknya, sebagai bentuk godaan kepada orang lain yang berpotensi menjadi pasangannya.
3. Bentuk komitmen.
Motif ini dapat bersifat sukarela, antara kedua belah pihak, sebagai bentuk komitmen atas hubungan mereka.
4. Candaan.
Sexting kadang juga dilakukan, karena pengirim bercanda atau terikat dalam sejenis permainan. Anda mungkin mengenalnya dengan permainan truth or dare.
5. Memeras penerima.
Beberapa kasus sexting yang menggunakan foto pribadi penerima, dilakukan pengirim untuk memeras penerima tersebut, demi mendapatkan uang.
6. Mem-bully atau mempermalukan penerima.
Banyak orang yang mengirimkan foto atau video pribadi, yang menunjukkan wajah penerima, dengan alasan untuk mempermalukan penerima sexting. Perilaku ini kerap dilakukan setelah hubungan pacaran berakhir.