TEMPO.CO, Jakarta - Radang usus buntu atau apendisitis adalah penyakit yang terjadi akibat penyumbatan pada usus besar. Tak hanya orang dewasa saja, anak-anak juga bisa mengalaminya.
Berbicara mengenai penyebab dan gejalanya, spesialis anak dan gastroenterologi Badriul Hegar Syarif menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan yang dialami oleh kedua individu. Agar tidak salah kaprah dan segera mendapatkan pertolongan dan mencapai kesembuhan, ia pun menjelaskannya.
Dari segi penyebab pada orang dewasa, Badriul mengatakan bahwa kasus usus buntu umumnya dialami karena infeksi di saluran pencernaan.
“Misalnya, saat mengonsumsi makanan yang sulit dicerna, seperti biji cabai, dia akan menempel pada usus dan menyebabkan peradangan,” katanya di Jakarta, Minggu, 15 September 2019.
Sedangkan pada anak-anak, kasus usus buntu terjadi karena penyumbatan di rongga usus. Badriul mengatakan bahwa ganjalan tersebut disebabkan oleh feses yang mengeras.
Ilustrasi usus buntu
“Kita mengenal dengan istilah fecalith karena anak-anak masih belum teratur untuk BAB, feses mengeras dan menjadi usus buntu,” katanya.
Mengenai gejala, Badriul mengatakan demam ringan, sering mual dan muntah, nafsu makan berkurang, hingga perut kembung bisa dialami oleh anak-anak maupun dewasa. Namun, yang menjadi pembeda bisa dialami dari lokasi nyeri.
Badriul mengatakan bahwa pada orang dewasa, rasa nyeri akan muncul di bagian kanan bawah perut, sedangkan pada anak-anak berada pada bagian tengah di bawah pusar.
“Orang dewasa, ususnya telah terbentuk melingkar. Kalau anak-anak masih lurus, jadi lokasi rasa nyerinya berbeda,” katanya.
Apabila anak-anak maupun orang dewasa merasa rentan dengan risiko dan gejala usus buntu seperti yang disebutkan di atas, Badriul pun menyarankan untuk segera ke dokter.
“Karena kalau sudah parah, bisa menyebabkan kematian. Jadi segera ditangani kalau ada keluhan tadi,” katanya.