TEMPO.CO, Jakarta - Supriyani, 28 tahun, alias Yani sedikit berbagi kiat kepada mereka yang masih mencari pasangan di aplikasi kencan. Ia menyarankan agar si pencari pasangan tak takut membuka diri. Bagi dia, tak masalah jika perempuan yang membuka percakapan terlebih dulu, asalkan masih dalam batas wajar dan tak agresif. "Cowok itu enggak suka kode. Enggak masalah cewek menyapa duluan," kata Yani 16 September 2019.
Yani menuturkan bahwa teman-temannya pun menggunakan aplikasi kencan daring, tapi sebagian masih malu-malu mengakuinya. Sejumlah temannya itu baru mau terbuka kepadanya ketika ia bercerita mengenai dia dan suaminya. "Mungkin takut dikira enggak laku," ucapnya saat ditemui di Utan Kayu, Jakarta Timur, Senin lalu.
Menjelang Yani dan suaminya menikah, ia pun menceritakan riwayat pertemuan mereka kepada keluarga. Keluarga mereka terkejut dan menganggap pertemuan keduanya tak lazim. Tapi Yani tak menutupi cerita itu di depan keluarga. "Kalau suami saya bilangnya dikenalkan sama teman ke keluarganya," ujarnya.
Michael Jawira semula berpikir bahwa pemakai aplikasi kencan daring adalah mereka yang "kurang laku" dan tertutup di dunia nyata. Tapi begitu ia melongok ke sebuah aplikasi selama empat bulan terakhir, ia mendapati banyak pengguna aplikasi daring justru terhitung gaul. Saat ia mendapatkan match di Tinder, misalnya, lawan bicaranya itu mengatakan sedang berada di sebuah klub malam bersama teman-temannya. Ia pun bergegas memacu mobilnya menuju tempat yang ditentukan. Dalam perjalanan, lawan bicaranya ini mengungkap identitasnya. "Tapi gue enggak berani," kata dia.
Sedangkan Putra, bukan nama sebenarnya, tak pernah mendapatkan cemooh seperti 'tak laku' itu kala menggunakan aplikasi kencan. Baginya, kehadiran aplikasi kencan sudah sangat membantunya menemukan teman yang juga memiliki preferensi menyukai sesama jenis. "Aku enggak pernah merasa enggak laku. LGBT itu memang sulit mendapatkan yang sama (preferensi seksualnya)," ucapnya.