TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat mungkin mengenal stunting sebagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh gizi buruk. Namun ternyata, kondisi air dan sanitasi yang tidak memadai juga berperan penting untuk meningkatkan risiko stunting. Bahkan, persentasenya pun lebih besar dari gizi buruk.
“Menurut data dari Kementerian Kesehatan tahun 2018, 40 persen penyebab stunting itu karena gizi buruk dan 60 persennya lagi karena air dan sanitasi buruk,” kata dokter sekaligus presenter NET TV Twinda Rarasati dalam acara Amartha Impact Talks vol.2 di Jakarta pada 25 September 2019.
Bagaimana cara air dan sanitasi buruk bisa menyebabkan stunting itu? Mengenai air, Twinda menjelaskan bahwa kuman dan bakteri bisa menyebar melalui air. Dengan kondisi air yang buruk, tentu kemungkinan berkumpulnya kuman dan bakteri tersebut semakin tinggi. “Kuman dan bakteri ini bisa menyebabkan berbagai macam penyakit yang salah satunya adalah diare,” katanya.
Menurut Twinda, diare akan ditandai dengan rasa mulas dan ingin buang air besar secara berkala. Hal ini bisa menyebabkan nutrisi di dalam tubuh menjadi terkuras. “Kalau begini, tubuh anak akan kekurangan gizi sehingga akhirnya, jika terjadi secara berulang akan meningkatkan risiko stunting,” katanya.
Sedangkan mengenai sanitasi buruk, Twinda mengatakan bahwa salah satu penyakit yang rentan dialami adalah cacingan. Karena menurutnya, infeksi ascaris lumbricoides sangat rentan muncul pada toilet yang kotor. Sehingga akhirnya, akan mengganggu penyerapan zat gizi makanan pada tubuh anak. “Cacing akan mengambil sari-sari makanan dari usus. Kalau dialami secara terus menerus, akan menyebabkan gizi buruk dan akhirnya stunting,” katanya
Oleh karena itu, ia menghimbau agar masyarakat tidak sekedar memperhatikan gizi anak untuk terhindari dari stunting. “Menjaga kondisi air dan sanitasi yang baik juga harus dilakukan,” katanya.