TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Padang mencatat terdapat 113 rumah makan murah yang menjual satu porsi nasi padang dengan harga Rp 10 ribu. Pemerintah daerah itu pun mengingatkan pengelola rumah makan murah di kota itu memperhatikan keamanan pangan sehingga makanan yang dijual aman dikonsumsi masyarakat."Pada satu sisi ini positif karena membantu tersedianya pangan murah, akan tetapi higienitas tetap perlu diperhatikan," kata Kepala Dinas Pangan Kota Padang Syahrial di Padang, Kamis 26 September 2019.
Menurut Syahrial keberadaan rumah makan dengan tarif murah di Padang merupakan salah satu tempat alternatif kuliner terjangkau. Untuk memastikan kebersihannya kami lakukan sosialisasi agar jangan sampai harga yang murah mengabaikan keamanan pangan, kata dia.
Selain itu rencananya setelah melakukan pendataan, pemerintah setempat akan masukan nama rumah makan ke google maps. "Sehingga bisa menjadi referensi bagi masyarakat dan wisatawan," kata dia.
Sebelumnya, salah seorang pengelola rumah makan murah di Padang Neng mengaku menjual makanan dengan harga yang relatif terjangkau selain sebagai strategi pemasaran juga untuk menyesuaikan dengan kemampuan masyarakat yang berada di sekitar warungnya. "Makanan yang saya jual diminati oleh konsumen sekitar sini mulai dari karyawan kantoran, pekerja informal, guru, tukang ojek dan mahasiswa," katanya.
Meski terbilang murah, bukan berarti Neng menyajikan menu seadanya. Pilihan yang disediakan cukup banyak, bahkan tidak kalah dengan menu rumah makan pada umumnya.
Beberapa diantaranya, ayam bakar, rendang, ikan asam padeh, ayam bumbu, lele goreng, ayam gulai, ikan nila bakar dan menu lainnya dengan harga Rp 10 ribu lengkap dengan air minum.
Ia menyampaikan salah satu rahasia bisa menjual makanan dengan harga murah adalah membeli bahan mentah dalam jumlah banyak sehingga lebih murah.
Dalam sehari ia bisa menjual 300 bungkus nasi dengan penghasilan sekitar Rp 3 juta. “Kalau omzet biasanya Rp 3 juta per hari, bahkan pernah mencapai Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per harinya kalau sedang ramai ,” ujarnya.
Ia mengakui menjual nasi seharga Rp10 ribu memang tidak besar keuntungan yang diperoleh, namun uang yang didapat lebih cepat perputarannya karena banyak yang membeli. “Misalnya untungnya cuman Rp 2 ribu per bungkus. Kalau yang beli 300 orang kan sudah dapat Rp 600 ribu, artinya uang lebih cepat terkumpul, banyak yang beli,” ujarnya.
Salah seorang pembeli nasi Rp 10 ribu, Hari mengaku sering membeli nasi Rp 10 ribu saat sedang akhir bulan. Hari mengaku lebih sering membungkus daripada makan di tempat karena lebih banyak dibandingkan makan di tempat. “Rasanya sesuai dengan harga, malah kadang lauk yang nasi Rp 10 ribu ini lebih besar dibanding tempat nasi dengan harga di atas itu, kata dia. Akan tetapi ia menilai bedanya dari segi nasi, kalau nasi Rp 10 ribu ini nasinya keras beda kalau nasi rumah makan dengan harga standar.