TEMPO.CO, Jakarta - Hari Kontrasepsi Sedunia diperingati setiap tanggal 26 September untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan tentang reproduksi dan kesehatan seksual. Tujuan dari peringatan itu adalah untuk memastikan semua kelahiran adalah sesuatu yang diharapkan.
Peringatan dilakukan setiap tahun sejak dideklarasikan pada 2007 dan didukung oleh 17 organisasi nirlaba internasional dan lembaga pemerintah beberapa negara. Konseling kontrasepsi sendiri harus dilakukan oleh tenaga medis kompeten yang sudah mendapatkan pelatihan untuk menghindari kesalahan informasi yang berakibat fatal. Begitu kata spesialis obstetri dan ginekologi dr. Boy Abidin.
"Takutnya disalahgunakan informasinya dan kalau dia mendapat informasi dari orang yang tidak jelas dan kemudian terjadi hal yang tidak diinginkan, orang itu tidak bisa dituntut juga karena tidak punya kompetensi," ungkap spesialis kandungan itu ketika ditemui dalam diskusi Hari Kontrasepsi Sedunia yang diadakan PT Bayer Indonesia di Jakarta Selatan pada Kamis, 26 September 2019.
Petugas BKKBN Banyumas sedang memasang alat kontrasepsi berupa implan. TEMPO/Aris Andrianto
Menurut dokter di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading itu, sosialisasi kontrasepsi oleh tenaga medis berkompeten juga untuk memberikan pilihan kepada perempuan akan metode yang aman dan nyaman untuknya. Karena alasan itu Boy menekankan pentingnya melakukan konsultasi ke tenaga medis berkompeten sebelum memilih metode kontrasepsi agar istri dan suami bisa mengerti sepenuhnya implikasi dari metode-metode yang ada.
Pentingnya memilih kontrasepsi untuk perempuan juga ditekankan oleh psikolog Anna Surti Ariani. Ia mengatakan bahwa hal itu akan menginformasikan kepada perempuan mereka memiliki daya untuk memilih.
Perencanaan keluarga, menurutnya, adalah salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh perempuan karena berimplikasi pada kesehatan fisik dan mental. Penyebaran informasi yang ilmiah, bukannya mitos kesehatan, akan sangat membantu dalam menentukan pilihan kontrasepsi. Apalagi di Indonesia yang memiliki budaya menekankan pentingnya keturunan, maka langkah perencanaan keluarga dengan kontrasepsi lebih diperlukan lagi.
"Menghadapi tuntutan sosial tersebut selayaknya seorang ibu berdaya untuk memilih apakah dan kapan ingin memiliki anak. Dengan memilih, maka ia jadi lebih bertanggung jawab dalam menjalankan konsekuensinya," tegas pengurus Ikatan Psikolog Klinis (IPK) itu.