Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Waspadai Dampak Kesehatan Jangka Pendek dan Panjang Kabut Asap

Reporter

image-gnews
Kendaraan melintas di jalanan yang diselimuti asap di daerah Panarung, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa, 17 September 2019. Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang menyelimuti Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menyebabkan kualitas udara di kota itu berbahaya untuk kesehatan warga. ANTARA/Hafidz Mubarak A
Kendaraan melintas di jalanan yang diselimuti asap di daerah Panarung, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa, 17 September 2019. Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang menyelimuti Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menyebabkan kualitas udara di kota itu berbahaya untuk kesehatan warga. ANTARA/Hafidz Mubarak A
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dampak kabut asap pada kesehatan bisa terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyatakan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dapat menyebabkan gangguan kesehatan jangka pendek dan panjang bagi masyarakat yang terdampak.

"Jadi, dampaknya bisa jangka pendek dan jangka panjang," kata Ketua Pengurus Harian PDPI Dr. Agus Dwi Susanto.

Ia menjelaskan dampak akut atau dampak jangka pendek akibat kabut asap setelah beberapa pekan atau beberapa bulan terekspos muncul karena penderita menghirup komponen polusi asap kebakaran hutan, baik yang berbentuk partikel maupun gas. Dia mengemukakan sebagian besar komponen asap tersebut bersifat iritan sehingga menyebabkan iritasi, mulai dari mata, hidung, saluran tenggorokan, hingga saluran napas dan paru-paru.

Iritasi tersebut menimbulkan keluhan yang segera muncul, seperti mata merah, gatal-gatal di hidung, bersin-bersin, sakit tenggorokan, batuk berdahak, bahkan sesak napas. Keluhan tersebut, berdasarkan penelitian di luar negeri dan oleh PDPI, muncul pada sebagian besar populasi yang terekspos kebakaran hutan dan lahan sebagai dampak jangka pendek yang bisa terjadi terhadap masyarakat.

Kabut asap tersebut dapat meningkatkan risiko serangan pada kelompok sensitif, seperti bayi, balita, perempuan hamil, dan orang tua berusia lanjut, selain juga meningkatkan risiko serangan terhadap orang-orang yang sudah memiliki penyakit asma, paru kronis, dan jantung.

Pasien mendapatkan oksigen saat perawatan di Rumah Oksigen RSUD Doris Sylvanus, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu, 18 September 2019. Kabut asap yang menyelimuti Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menyebabkan kualitas udara di kota itu berbahaya untuk kesehatan warga. ANTARA/Hafidz Mubarak A

"Pada orang-orang yang memiliki asma, maka serangan asmanya akan semakin meningkat," katanya.

Dampak selanjutnya yang dapat muncul adalah risiko terjadinya infeksi serangan pernapasan akut atau ISPA, karena partikel-partikel dan gas yang bersifat iritan itu mengganggu sistem pertahanan lokal saluran napas dan paru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika sudah terganggu, akibatnya virus bakteri akan masuk ke saluran napas sehingga terjadi infeksi. Jika infeksi tersebut berlanjut, hal itu dapat menyebabkan radang paru atau pneumonia.

"Akhirnya pasien harus dirawat dan bahkan berisiko terjadinya gangguan pernapasan berat, selain juga meningkatkan risiko kematian karena infeksi ini," tambahnya.

Selanjutnya, kabut asap akibat karhutla itu juga dapat menyebabkan dampak jangka panjang bagi yang terdampak.

"Jangka panjang ini muncul apabila seseorang terkena asap karhutla ini berbulan-bulan, (maka dampaknya) akan bertahun-tahun," lanjutnya.

Pada dampak jangka panjang, penyakit yang muncul akibat komponen iritan dari kabut asap adalah berupa penurunan fungsi paru yang bersifat kronik. Hipersensitif saluran napas yang menginduksi terjadinya asma di kemudian hari, penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), juga bisa muncul, bahkan juga risiko terkena penyakit kardiovaskular.

"Jangka panjang bisa terjadi termasuk juga risiko terjadinya kanker. Itu bisa terjadi karena asap karhutla juga mengandung karsinogen atau bahan penyebab terjadinya kanker," ujarnya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


7 Manfaat Makan Buah Semangka bagi Kesehatan Tubuh

3 hari lalu

Ilustrasi Semangka
7 Manfaat Makan Buah Semangka bagi Kesehatan Tubuh

Semangka menjadi buah yang pas sebagai pilihan di bulan Ramadhan. Pada kondisi tubuh yang mengalami dehidrasi, buah ini menjaga kesehatan dan keseimbangan nutrisi.


Kabut Asap Selimuti Kota Dumai, Kondisi Udara Memburuk

5 hari lalu

Kualitas udara Kota Dumai mulai memburuk menyusul kemunculan kabut asap pekat pada Sabtu malam, 23 Maret 2024. (ANTARA/Abdul Razak)
Kabut Asap Selimuti Kota Dumai, Kondisi Udara Memburuk

Kabut asap yang menyelimuti udara Dumai berasal dari kebakaran lahan di beberapa titik, dan kiriman dari perbatasan dengan Kabupaten Bengkalis.


Benarkah Kolesterol Tinggi Bisa Menimbulkan Rasa lelah?

5 hari lalu

Ilustrasi kolesterol. Shutterstock
Benarkah Kolesterol Tinggi Bisa Menimbulkan Rasa lelah?

Tingginya tingkat kolesterol biasanya dibarengi dengan gejala yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan masalah kesehatan lainnya.


5 Manfaat Minum Air Kelapa Hijau saat Berbuka Puasa

10 hari lalu

Ilustrasi kelapa muda (Pixabay.com)
5 Manfaat Minum Air Kelapa Hijau saat Berbuka Puasa

Tidak hanya segar, air kelapa hijau juga memiliki sejumlah manfaat yang signifikan bagi kesehatan tubuh.


6 Bahaya Konsumsi Santan secara Berlebihan

10 hari lalu

Ilustrasi santan kelapa. shutterstock.com
6 Bahaya Konsumsi Santan secara Berlebihan

Penting untuk menyadari bahwa santan juga memiliki sejumlah bahaya yang perlu diwaspadai, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan.


Penelitian Menunjukkan: Banyak Penyakit yang Bisa Timbul karena Kurang Tidur

12 hari lalu

Ilustrasi tidur. Pixabay
Penelitian Menunjukkan: Banyak Penyakit yang Bisa Timbul karena Kurang Tidur

Kekurangan waktu tidur akan menyebabkan tubuh seseorang mengalami beberapa masalah. Apa saja?


5 Manfaat Mengurangi Konsumsi Gula bagi Tubuh

13 hari lalu

Ilustrasi gula di dalam wadah. Foto: Freepik.com
5 Manfaat Mengurangi Konsumsi Gula bagi Tubuh

Mengurangi konsumsi gula dapat memberikan dampak yang baik untuk tubuh. Apa saja?


Ketahui Suhu AC untuk Bayi yang Ideal Berdasarkan Usianya

16 hari lalu

Suhu AC untuk bayi perlu disesuaikan sesuai dengan usianya. Hal ini agar suhu tidak terlalu dingin atau panas. Berikut ini informasinya. Foto: Canva
Ketahui Suhu AC untuk Bayi yang Ideal Berdasarkan Usianya

Suhu AC untuk bayi perlu disesuaikan sesuai dengan usianya. Hal ini agar suhu tidak terlalu dingin atau panas. Berikut ini informasinya.


5 Manfaat Makan Pepaya

16 hari lalu

Ilustrasi buah pepaya. Unsplash.com/Pranjall Kumar
5 Manfaat Makan Pepaya

Pepaya mengandung berbagai nutrisi dan bermanfaat bagi kesehatan. Apa saja?


Bolehkah Makan Gorengan Saat Berbuka Puasa? Ini Penjelasannya

17 hari lalu

Bolehkah makan gorengan saat berbuka puasa? Jawabannya adalah boleh, namun tetap mempertimbangkan asupannya. Ini penjelasan lengkapnya. Foto: Canva
Bolehkah Makan Gorengan Saat Berbuka Puasa? Ini Penjelasannya

Bolehkah makan gorengan saat berbuka puasa? Jawabannya adalah boleh, namun tetap mempertimbangkan asupannya. Ini penjelasan lengkapnya.