TEMPO.CO, Jakarta - Film “Joker” sudah tayang di seluruh bioskop Tanah Air sejak Rabu, 2 Oktober 2019. Secara garis besar, film garapan DC Comics ini bercerita tentang seorang yang senang bertindak keji dan mudah melakukan pembunuhan. Penyebabnya gangguan kejiwaan skizofrenia.
“Sejak awal Joker muncul di layar kaca sebagai musuh Batman, karakter yang dibawanya adalah pengidap skizofrenia. Ketika film ‘Harvey Dent’ hadir dan bercerita tentang kejahatan, stereotip skizofrenia pada Joker pun semakin dikenal,” kata ahli film dan psikiater di Newham University Hospital, London, Peter Byrne, dikutip dari Telegraph.co.uk.
Skizofrenia adalah gangguan mental yang bisa dialami sejak seseorang berusia 5 tahun. Melansir dari situs Mayo Clinic, sejumlah analisis menyebutkan faktor genetik berperan memunculkan gangguan mental ini. Bahkan, lingkungan juga bisa memicu skizofrenia bagi orang dengan bakat genetik. Tapi, bisakah ini disembuhkan?
Situs Medical News Today mengatakan bahwa hingga kini, tidak ada obat atau terapi yang bisa mengembalikan kondisi awal seseorang dengan skizofrenia. Namun, ini bisa dikendalikan jika pengidapnya rutin mengonsumsi beberapa jenis obat.
12_iptek_ilustrasiSkizofrenia
Untuk menangani halusinasi dan delusi misalnya, dokter akan meresepkan obat antipsikotik dalam dosis seminimal mungkin. Antipsikotik bekerja dengan menghambat efek dopamin dan serotonin dalam otak.
Pasien harus tetap mengonsumsi antipsikotik seumur hidup meskipun gejala yang dialami sudah membaik. Obat antipsikotik dapat diberikan dalam bentuk tablet atau suntik. Tablet diberikan pada pasien yang mudah diatur, sementara obat suntik diberikan pada pasien yang berperilaku sebaliknya.
Namun, ada beberapa efek samping obat antipsikotik yang dapat muncul, yakni berat badan bertambah, gairah seks menurun, kejang, mulut kering, penglihatan kabur, pusing, tremor. Antipsikotik terbagi dalam jenis tipikal (generasi lama) dan atipikal (generasi baru).
Tak heran, saat ini dokter lebih merekomendasikan atipikal karena memiliki lebih sedikit efek samping ketimbang tipikal. Beberapa jenis antipsikotik tipikal yang bisa dikonsumsi adalah Chlorpromazine, Fluphenazine, dan Haloperidol. Sedangkan jenis antipsikotik atipikal antara lain Aripiprazole, Clozapine, Olanzapine, dan Risperidone.