TEMPO.CO, Jakarta - Film "Joker" telah tayang di seluruh bioskop Tanah Air sejak 2 Oktober 2019. Sayangnya, film yang digarap oleh DC Comics ini dinilai sangat kontroversial dan tidak disarankan untuk ditonton semua kalangan.
Selain anak-anak, orang dengan masalah mental juga diimbau tidak menyaksikan aksi Joaquin Phoenix ini. Menanggapi hal tersebut, spesialis kesehatan jiwa Heriani menyetujuinya. Ia mengatakan bahwa film "Joker" sangat tidak cocok ditonton oleh orang dengan gangguan kejiwaan.
Pertama, ini disebabkan oleh alur cerita film yang berkaitan dengan kisah kelam Joker. Seperti yang bisa dilihat dari trailer film tersebut, Joker dikisahkan sebagai seorang yang baik. Namun, ia mendapatkan tekanan dan perlakuan tidak baik dari orang sekitar.
He Zili (11) bocah gangguan mental dirantai kakinya oleh kakeknya yang juga cacat fisik. REUTERS/William Hong
Apabila ditonton oleh orang yang mengalami gangguan mental, rasa sakit yang diderita pun akan semakin parah.
“Karena seperti berkaca dan membuka luka lama dari apa yang pernah mereka alami. Bukannya sembuh, masalah kejiwaannya justru bisa kumat dan semakin menjadi-jadi,” katanya dalam acara “Prevent Suicide by Loving Yourself” di Jakarta pada 9 Oktober 2019.
Kedua, menonton film Joker bagi orang yang menderita masalah mental bisa menimbulkan justifikasi untuk melakukan kejahatan sebab dalam cerita, Joker menjadi jahat dan gemar membunuh karena rasa sakit yang dialami.
“Kalau mereka mencontoh, ini sangat membahayakan. Orang sekitar menjadi target dan akhirnya meresahkan banyak pihak,” katanya.