Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gangguan Sistem Saraf Membuat Joker Tertawa Tanpa Sadar

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Aktor Joaquin Phoenix menghadiri pemutaran perdana film terbarunya
Aktor Joaquin Phoenix menghadiri pemutaran perdana film terbarunya "Joker" di Los Angeles, California, AS, Jumat, 28 September 2019. Joaquin merupakan pemeran Arthur Fleck alias Joker dalam film ini. REUTERS/Mario Anzuoni
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Film Joker masih tayang di bioskop Indonesia. Dalam film tersebut, karakter Joker digambarkan menderita gangguan yang sering membuatnya tertawa, meski dalam keadaan sedih. Tahukah Anda bahwa pseudobulbar affect memiliki gejala khas seperti yang dialami Joker? Lalu, apa itu pseudobulbar affect? Simak penjelasan berikut ini.

Pseudobulbar affect (PBA) adalah gangguan pada sistem saraf yang membuat seseorang tiba-tiba tertawa atau menangis tanpa dipicu oleh sebab apa pun. "Perubahan emosi yang tiba-tiba ini sering membuat penderitanya merasa malu, cemas, mengalami depresi, hingga mengisolasi diri dari lingkungan," kata Medical Manager ALODOKTER, Alni Magdalena, dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada Jumat 11 Oktober 2019.

Ada beberapa gejala yang sering dialami oleh penderita PBA seperti tiba-tiba menangis atau tertawa, tertawa keras saat merasa sedih atau tertekan, namun menangis saat merasa gembira. Mereka juga terkadang tertawa dan menangis lebih lama dibandingkan orang normal. Ekspresi wajah mereka juga tidak sesuai dengan emosi. Lalu ada pula gejala tiba-tiba berubah frustasi atau marah-marah. "Gejala-gejala tersebut biasanya muncul tiba-tiba dan tanpa disadari. Gejala pseudobulbar affect sering disalahartikan dengan gangguan mental, seperti depresi dan bipolar," kata Alni.

Hingga kini, penyebab PBA belum diketahui secara jelas. Namun, para ahli meyakini bahwa PBA terjadi akibat adanya kerusakan pada korteks prefrontal, yakni area otak yang mengendalikan emosi.

Beberapa penyakit dan gangguan pada otak serta sistem saraf seperti penyakit Alzheimer, penyakti Parkinson, penyakit Wilson, dan Multiple Sclerosis serta epilepsi juga bisa menyebabkan PBA. Penyakit demensia, tumor otak, stroke, dan cedera otak juga bisa menyebabkan PBA. Selain itu, perubahan zat kimia di otak yang berkaitan dengan depresi dan suasana hati juga berperan dalam munculnya pseudobulbar affect. Perubahan zat kimia ini dapat menggangu sinyal dan pengolahan informasi di otak, sehingga memicu munculnya gejala dan keluhan PBA.

Tidak ada obat khusus yang efektif untuk mengatasi pseudobulbar affect. Meski demikian, golongan obat antidepresan dan obat quinidine sulfate, seperti dextromethorphan, diketahui mampu mengendalikan frekuensi serta ledakan emosi yang dialami oleh penderita PBA.

Selain dengan obat-obatan, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengendalikan gejala PBA, yaitu:

Mengubah posisi duduk dan berdiri
Mengubah posisi duduk atau berdiri lalu bernapas secara perlahan dan dalam merupakan cara yang cukup efektif untuk meredakan ledakan emosi yang muncul secara tiba-tiba.

Membuat tubuh rileks
Tertawa keras atau menangis mendadak bisa membuat penderita PBA mengalami ketegangan pada otot-otot wajah dan tubuh. Oleh karena itu, penderita perlu melakukan teknik relaksasi, khususnya pada otot bahu dan dahi, setelah gejala PBA berakhir.

Membicarakannya dengan orang terdekat
Penderita PBA perlu menjelaskan tentang kondisi yang dialaminya kepada orang-orang di sekitarnya, agar mereka tidak terkejut atau bingung ketika gejala PBA tiba-tiba muncul.

Walaupun tidak berbahaya, sebisa mungkin kenali tandanya dan lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda atau keluarga Anda mengalami gejala-gejala seperti yang sudah dipaparkan di atas.

Jakarta - Film Joker masih tayang di bioskop Indonesia. Dalam film tersebut, karakter Joker digambarkan menderita gangguan yang sering membuatnya tertawa, meski dalam keadaan sedih. Tahukah Anda bahwa pseudobulbar affect memiliki gejala khas seperti yang dialami Joker? Lalu, apa itu pseudobulbar affect? Simak penjelasan berikut ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pseudobulbar affect (PBA) adalah gangguan pada sistem saraf yang membuat seseorang tiba-tiba tertawa atau menangis tanpa dipicu oleh sebab apa pun. "Perubahan emosi yang tiba-tiba ini sering membuat penderitanya merasa malu, cemas, mengalami depresi, hingga mengisolasi diri dari lingkungan," kata Medical Manager ALODOKTER, Alni Magdalena, dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada Jumat 11 Oktober 2019.

Ada beberapa gejala yang sering dialami oleh penderita PBA seperti tiba-tiba menangis atau tertawa, tertawa keras saat merasa sedih atau tertekan, namun menangis saat merasa gembira. Mereka juga terkadang tertawa dan menangis lebih lama dibandingkan orang normal. Ekspresi wajah mereka juga tidak sesuai dengan emosi. Lalu ada pula gejala tiba-tiba berubah frustasi atau marah-marah. "Gejala-gejala tersebut biasanya muncul tiba-tiba dan tanpa disadari. Gejala pseudobulbar affect sering disalahartikan dengan gangguan mental, seperti depresi dan bipolar," kata Alni.

Hingga kini, penyebab PBA belum diketahui secara jelas. Namun, para ahli meyakini bahwa PBA terjadi akibat adanya kerusakan pada korteks prefrontal, yakni area otak yang mengendalikan emosi.

Beberapa penyakit dan gangguan pada otak serta sistem saraf seperti penyakit Alzheimer, penyakti Parkinson, penyakit Wilson, dan Multiple Sclerosis serta epilepsi juga bisa menyebabkan PBA. Penyakit demensia, tumor otak, stroke, dan cedera otak juga bisa menyebabkan PBA. Selain itu, perubahan zat kimia di otak yang berkaitan dengan depresi dan suasana hati juga berperan dalam munculnya pseudobulbar affect. Perubahan zat kimia ini dapat menggangu sinyal dan pengolahan informasi di otak, sehingga memicu munculnya gejala dan keluhan PBA.

Tidak ada obat khusus yang efektif untuk mengatasi pseudobulbar affect. Meski demikian, golongan obat antidepresan dan obat quinidine sulfate, seperti dextromethorphan, diketahui mampu mengendalikan frekuensi serta ledakan emosi yang dialami oleh penderita PBA.

Selain dengan obat-obatan, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengendalikan gejala PBA, yaitu:

Mengubah posisi duduk dan berdiri
Mengubah posisi duduk atau berdiri lalu bernapas secara perlahan dan dalam merupakan cara yang cukup efektif untuk meredakan ledakan emosi yang muncul secara tiba-tiba.

Membuat tubuh rileks
Tertawa keras atau menangis mendadak bisa membuat penderita PBA mengalami ketegangan pada otot-otot wajah dan tubuh. Oleh karena itu, penderita perlu melakukan teknik relaksasi, khususnya pada otot bahu dan dahi, setelah gejala PBA berakhir.

Membicarakannya dengan orang terdekat
Penderita PBA perlu menjelaskan tentang kondisi yang dialaminya kepada orang-orang di sekitarnya, agar mereka tidak terkejut atau bingung ketika gejala PBA tiba-tiba muncul.

Walaupun tidak berbahaya, sebisa mungkin kenali tandanya dan lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda atau keluarga Anda mengalami gejala-gejala seperti yang sudah dipaparkan di atas.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


7 Manfaat Makan Buah Semangka bagi Kesehatan Tubuh

3 hari lalu

Ilustrasi Semangka
7 Manfaat Makan Buah Semangka bagi Kesehatan Tubuh

Semangka menjadi buah yang pas sebagai pilihan di bulan Ramadhan. Pada kondisi tubuh yang mengalami dehidrasi, buah ini menjaga kesehatan dan keseimbangan nutrisi.


Film Joker 2 Jadi Film Musikal dan akan Dipenuhi 15 Lagu Terkenal

3 hari lalu

Lady Gaga dan Joaquin Phoenix dalam film Joker: Folie a Deux. Foto: Instagram/@toddphillips
Film Joker 2 Jadi Film Musikal dan akan Dipenuhi 15 Lagu Terkenal

Film Joker 2 setidaknya akan dipenuhi dengan 15 lagu terkenal yang dibuat ulang secara khusus.


Mengenal Neuroferritinopathy, Penyakit Genetik yang Hanya Dimiliki Sekitar 100 Orang di Dunia

5 hari lalu

Ilustrasi otak. Pixabay
Mengenal Neuroferritinopathy, Penyakit Genetik yang Hanya Dimiliki Sekitar 100 Orang di Dunia

Neuroferritinopathy penyakit genetik yang hanya dimiliki sekitar 100 orang di dunia. Bagaimana gejala dan pengobatannya?


Benarkah Kolesterol Tinggi Bisa Menimbulkan Rasa lelah?

5 hari lalu

Ilustrasi kolesterol. Shutterstock
Benarkah Kolesterol Tinggi Bisa Menimbulkan Rasa lelah?

Tingginya tingkat kolesterol biasanya dibarengi dengan gejala yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan masalah kesehatan lainnya.


5 Manfaat Minum Air Kelapa Hijau saat Berbuka Puasa

10 hari lalu

Ilustrasi kelapa muda (Pixabay.com)
5 Manfaat Minum Air Kelapa Hijau saat Berbuka Puasa

Tidak hanya segar, air kelapa hijau juga memiliki sejumlah manfaat yang signifikan bagi kesehatan tubuh.


6 Bahaya Konsumsi Santan secara Berlebihan

10 hari lalu

Ilustrasi santan kelapa. shutterstock.com
6 Bahaya Konsumsi Santan secara Berlebihan

Penting untuk menyadari bahwa santan juga memiliki sejumlah bahaya yang perlu diwaspadai, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan.


Penelitian Menunjukkan: Banyak Penyakit yang Bisa Timbul karena Kurang Tidur

12 hari lalu

Ilustrasi tidur. Pixabay
Penelitian Menunjukkan: Banyak Penyakit yang Bisa Timbul karena Kurang Tidur

Kekurangan waktu tidur akan menyebabkan tubuh seseorang mengalami beberapa masalah. Apa saja?


Lebih Banyak Menyerang Wanita, Simak Penjelasan Pakar soal Migrain

13 hari lalu

Headache, Migrain
Lebih Banyak Menyerang Wanita, Simak Penjelasan Pakar soal Migrain

Selain multiple sclerosis dan stroke, migrain juga lebih banyak menyerang wanita. Pakar beri saran pencegahan dan cara mengatasi.


5 Manfaat Mengurangi Konsumsi Gula bagi Tubuh

13 hari lalu

Ilustrasi gula di dalam wadah. Foto: Freepik.com
5 Manfaat Mengurangi Konsumsi Gula bagi Tubuh

Mengurangi konsumsi gula dapat memberikan dampak yang baik untuk tubuh. Apa saja?


Perlunya Deteksi Dini untuk Perlambat Perkembangan Glaukoma

13 hari lalu

Ilustrasi pemeriksaan mata. shutterstock.com
Perlunya Deteksi Dini untuk Perlambat Perkembangan Glaukoma

Deteksi dini penting untuk mencegah glaukoma tidak semakin parah. Dokter mata sebut penyebabnya.