Menggunakan pendekatan kekeluargaan, Appi dan tim banyak berdiskusi dengan kaum perempuan di sana dan menemukan sebuah solusi. Hampir semua perempuan di Dusun Bahonglangi buta aksara dan kurang percaya diri untuk bergaul dan berkomunikasi dengan pihak luar. Oleh karena itu, hasil pertanian mereka hanya dikonsumsi sendiri dan tidak untuk dijual. Anak mereka tidak lanjut sekolah karena alasan ekonomi dan kurangnya Sumber Daya Manusia untuk menggarap sawah dan mencari madu di hutan. Mereka pada dasarnya ingin menyekolahkan anak-anaknya, tapi terhambat kemampuan finansial. Jika lanjut sekolah, anak harus keluar dari Dusun Bahonglangi yang terletak di pedalaman hutan yang lebat. Mereka juga harus menyewa rumah dan hidup terpisah. Hal ini membutuhkan lebih banyak biaya hidup dibanding hidup bersama. Di sisi lain, Dusun Bahonglangi memiliki potensi yang sangat besar.
Setelah melakukan pemantauan kondisi keluarga dan ibu-ibu itu sejak 2017, maka di awal tahun 2018 Appi dan teman-temannya mantap melaksanakan proyek Rural Woman Empowerment (RWE). Sebulan dua kali, tim relawan ini aktif berkunjung ke lokasi kegiatan dan mengajar 28 orang wanita di desa itu tanpa meminta imbalan. Biasanya mereka berangkat pada Jumat dari Makassar dan kembali lagi pada Ahad. Para relawan hadir dan tinggal di rumah warga setempat selama 3 hari dan membimbing para peserta.
Suasana belajar kegiatan Rural Women Empowerment di desa Bahonglangi, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan/Rendra Hernawan
Peserta program adalah perempuan Bahonglangi berusia 18-50 tahun. Mereka diberi pelatihan dan dibekali keterampilan untuk meningkatkan kemahiran calistung. RWE juga memberikan pelatihan pengelolaan keuangan keluarga, keterampilan berwirausaha, serta pelatihan-pelatihan lain yang mendukung mereka dalam menjalankan usaha kecil yang akan dirintis dari program ini.
Dalam pelaksanaannya, peserta RWE dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas A, B dan C. Pada kelas A (13 orang), peserta telah mengenal dan membedakan angka dari digit 1-3, dan dapat membaca maupun menulis tetapi masih kurang lancar. Rata-rata usia peserta kelas A adalah 19-40 tahun. Kebanyakan mereka bukan masyarakat asli Dusun Bahonlangi tetapi telah menikah dan berumah tangga dengan warga setempat. Sebagian kecil peserta kelas A sempat datang ke kota untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga. Klasifikasi kedua, kelas B yang berisi 7 orang. Pada kelompok ini peserta telah mengenal dan membedakan angka dari digit 1-2, tetapi masih kurang dalam membaca dan menulis. Rentang usia mereka adalah 20-40 tahun dan semuanya warga asli Bahonlangi. Kelompok terakhir adalah kelas C dengan jumlah 8 orang. Peserta kelompok ini belum mengenal huruf dan angka. Rentang usia peserta di atas 45 tahun. Umumnya peserta telah berumur dan memiliki kesulitan penglihatan. Awal 2019, sejumlah 20 orang yang berasal dari Kelas A dan B dilebur untuk mendapatkan pelatihan keuangan dalam keluarga, sedangkan sisanya fokus untuk memperlancar keterampilan calistung.
Awalnya semua wanita peserta RWE hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga atau membantu suami mereka untuk bertani namun Appi Patongai dan kawan-kawannya membantu ibu-ibu ini untuk melakukan kegiatan kewirausahaan untuk meningkatkan pendapatan keluarga mereka. 28 peserta ini dibagi dalam 4 kelompok usaha untuk penjualan beras merah dan madu hutan. Kegiatan kewirausahaan telah dilaksanakan sejak bulan Desember yang telah merambah ke luar Kabupaten Bone, bahkan Sulawesi Selatan.