Banyak sumber daya alam yang masih asli tanpa pencemaran lingkungan. Beberapa di antaranya adalah hasil pertanian berupa beras merah, kopi, dan madu hutan. Kaum Perempuan belum menyadari bahwa SDM itu memiliki nilai ekonomi yang tinggi di kota, khususnya di Makassar. Setelah Appi menjelaskan RWE, mereka sangat antusias untuk belajar dan mulai menjual produk ke luar daerah mereka. Berangkat dari kesadaran ini, kaum perempuan Bahonglangi ingin memaksimalkan penjualan hasil pertanian mereka sehingga dapat menyekolahkan anaknya ke jenjang lebih tinggi. Untuk sampai pada tahap itu, mereka harus memiliki keterampilan calistung, mengelola keuangan keluarga, dan teknik memasarkan produk.
Ibu-ibu ini pun sudah mulai berani untuk berbicara di depan umum atau dengan masyarakat pendatang. Dulu ketika ada pendaki yang melintas daerah ini, tidak ada yang hendak menegur warga sekitar. Isu yang beredar di kalangan pendaki, penduduk dusun itu menakutkan dan suka main ilmu hitam. Sebaliknya, dari sudut pandang warga, mereka memang takut untuk menegur para pendaki atau pendatang yang datang ke dusun mereka. Maklum dulu bahasa Indonesia yang mereka bisa masih sangat terbatas, selain itu mereka juga tidak berani berbicara. Keahlian berbicara mereka di depan umum pun semakin membaik. Appi pernah mengajak mereka untuk berbicara di depan Bupati Bone terkait pengalaman dan kegiatan RWE di daerah mereka. Hasilnya pun memuaskan. Ibu-ibu ini semakin lancar berbicara di hadapan publik. Dari segi keuangan pun membaik. Setelah belajar tentang nilai uang mereka sudah bisa bernegosiasi untuk mendapatkan harga yang pas sesuai harga jual pasar. Mereka pun menjual ternak mereka dengan harga Rp 7-8 juta perekor.
Andi Patongai Aktivis Rural Women Empowerment untuk Wanita Pedalaman di Bahonglangi. TEMPO/Rendra Hernawan
Sekretaris Desa Bantojai, Nasruddin pun melihat perubahan yang terjadi pada ibu-ibu. Menurut Nasruddin, karena sangat rendahnya literasi masyarakat desa itu, maka warga itu biasanya menggunakan cap jempol sebagai tanda tangan mereka. Sekarang mereka sudah bisa tanda tangan sendiri. Selain itu, masih karena masalah literasi yang terbatas, dulu para ibu -ibu ini harus didampingi kepala dusun untuk mengurus keperluan administrasi di kantor desa. Namun saat ini para ibu-ibu ini sudah mau pergi ke desa sendiri untuk mengurus berbagai hal.
Kegiatan RWE berkembang pesat. Awalnya untuk pergi ke tempat itu, para relawan harus patungan bensin dan makan serta belanja bahan ajar peserta sebanyak Rp 250 ribu masing-masing, kali ini mereka lebih dipermudah. Appi dan teman-temannya mendapatkan dukungan dana sebanyak Rp 84 juta dari Konjen Australia di Makassar untuk program tahun 2018. Pemerintah Australia memberikan bantuan finansial berupa biaya akomodasi relawan yang berangkat ke lokasi. Selain itu, Appi juga mendapat bantuan dari donatur tidak tetap, baik perorangan maupun non perorangan. Bantuan ini berupa buku pelajaran, buku tulis, alat tulis, meja kecil, dan media ajar lainnya. Selain itu, dari kegiatan ini, Appi masuk menjadi salah satu dari 14 nominator pemenang Satu Indonesia Awards 2019 yang diselenggarakan Astra Indonesia pada Awal Oktober 2019.