TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis kosmetik bisa dibilang sangat menjanjikan seiring dengan kian maraknya tren produk perawatan kulit dan riasan. Buat yang ingin mencoba peruntungan di bisnis ini, tak sulit jika ingin memulainya.
CEO PT Urban Indo Manufaktur, Maharani Kemala, mengatakan saat ini ada pabrik yang bisa membantu pelaku usaha memiliki label produk kosmetik sendiri.
"Kalau dulu sulit, saya waktu mau maklon ke orang harus siap Rp 1 miliar, lalu dokumen-dokumen harus diurus sendiri. Berkaca dari pengalaman itu, sekarang saya ingin membantu anak-anak muda yang mau bisnis kosmetik, di Urban bisa maklon lengkap dengan pengurusan lisensi BPOM, sertifikasi Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB), Halal OEM, hingga ke proses ISO dan hak kekayaan intelektual (HAKI) dibantu," kata Maharani.
Tahapan yang harus disiapkan jika ingin memiliki label kosmetik sendiri adalah menyiapkan logo dan nama merk. "Setelah itu kita yang urus semua soal dokumen-dokumen, termasuk daftar hak paten. Tinggal bikin logo sama nama, serahkan ke kita, request bahan aktif apa saja, mau seperti apa kosmetiknya," kata Maharani.
Setelah itu, memilih kemasan dan Urban akan membantu pendistribusian produk. "Budget minimal pembuatan merek kosmetik berkisar Rp 300 juta untuk 10.000 item produk dengan berbagai variasi, mulai dari skincare, produk perawatan tubuh, rambut, seperti pomade hingga kosmetik seperti lip tint,” jelasnya.
Pengusaha muda berusia 30 tahun tersebut mengatakan harga produk akan bergantung pada pilihan kualitas bahan aktif produk dan kemasan.
"Semakin bagus bahan aktif yang diinginkan dan kemasan, semakin premium produknya semakin mahal. Namun jika produknya isinya bahan aktif yang biasa dan kemasannya enggak impor bisa dapat yang murah, contohnya serum pemutih bisa Rp 20.000-an, " kata Maharani.
Maharani melanjutkan, bahan produk kosmetik dia dapat dari luar negeri, terutama Korea Selatan, karena di Indonesia masih ketinggalan soal teknologi pengolahan bahan baku.
"Sebenarnya di Indonesia semua bahan sudah ada, misalnya moringa, kunyit, atau apa itu banyak, cuma kita belum ada teknologi untuk memecah molekul bahan baku ini menjadi sekian nano sehingga bisa diaplikasikan ke tubuh manusia," katanya.
Produk perawatan diprediksi masih akan merajai penjualan produk kecantikan di Tanah Air.
"Pasalnya orang Indonesia masih mendambakan kulit putih, mereka enggak ngerti kalau dasarnya kulit Indonesia sama orang Korea, misalnya itu kan beda. Tak ada produk yang sudah dapat lisensi BPOM itu bisa bikin kulit langsung putih. Namanya skincare hanya bisa merawat, semakin sering dirawat maka semakin bersih dan sehat," paparnya.