TEMPO.CO, Jakarta - Diet Ornish menjadi populer baru-baru ini karena dinilai mampu membantu mencegah penyakit kronis dan meningkatkan kesehatan. Diet ini dikembangkan oleh dokter, peneliti, dan pendiri Preventive Medicine Research Institute di Sausalito, California, Dean Ornish, serta berfokus pada konsumsi makanan nabati seperti biji-bijian, kacang-kacangan, buah, dan sayur.
Makanan lain seperti putih telur, produk kedelai, dan susu nonlemak masih diperbolehkan asalkan dalam jumlah terbatas. Demikian seperti dilansir Medical Daily. Sementara karbohidrat olahan, gula, alkohol, makanan kemasan rendah lemak, dan minuman berkafein harus benar-benar dibatasi selama menjalankan diet Ornish.
Ilustrasi menimbang berat badan. Shutterstock
Ornish mengklaim diet tersebut dapat membantu membalikkan perkembangan penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes, dan bahkan kanker prostat. Namun, bisakah diet tersebut membantu menurunkan berat badan? Jawabnya ya.
Diet Ornish merupakan opsi yang sangat baik bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan. Diet tersebut menekankan pada konsumsi bahan-bahan padat nutrisi, seperti protein nabati, buah dan sayur, serta membatasi makanan olahan dan produk hewani.
Dalam sebuah studi terhadap 20 orang yang menjalankan diet itu selama setahun, terlihat penurunan berat badan rata-rata sekitar 3 kilogram. Namun, diet tersebut punya kelemahan, salah satunya membuat konsumsi lemak sehat menjadi rendah dan butuh multivitamin untuk mencegah kemungkinan kekurangan gizi.