TEMPO.CO, Jakarta - Dengan suhu yang tinggi, berbagai macam penyakit bisa dialami. Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto mengatakan bahwa persentase penyakit terbanyak akibat suhu panas ialah dehidrasi. Salah satu tanda yang wajib diwaspadai adalah kulit kering.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi suhu panas di daerah Jakarta dan sekitarnya akan terus terjadi hingga akhir bulan Oktober. “Suhu Jakarta berkisar 37 hingga maksimal 39 derajat celcius hingga minggu depan,” kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Cuaca BMKG Miming Saepudin dalam acara Temu Media oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta pada 25 Oktober 2019.
Baca Juga:
Achmad mengatakan bahwa kulit tercipta dengan elastisitas dan kelembaban yang tinggi. “Jadi kalau kulitnya kering atau pecah-pecah, artinya sudah pasti dehidrasi,” katanya.
Warna urin yang berwarna kuning pekat juga bisa menjadi indikasi lain dari dehidrasi. Sebaliknya, Achmad mengatakan bahwa warna urin yang sehat itu tidak keruh dan bening. “Kuning sangat membahayakan ginjal. Karena dehidrasi artinya kurang cairan dan memberatkan kerja ginjal,” katanya.
Gejala terakhir, bisa berupa konsentrasi yang menurun, ngantuk, lemas dan sering menguap. Menurut Achmad, hal tersebut disebabkan oleh oksigen yang tidak mengalir dengan baik ke otak dan seluruh tubuh. “Oksigen itu bisa terbentuk saat kebutuhan cairan di tubuh mencukupi,” katanya.
Tak heran, pada suhu udara yang panas dan risiko dehidrasi tinggi ini, Achmad menyarankan untuk banyak mengkonsumsi air 2,5-3 liter sehari. Menurutnya, angka tersebut tidak sulit diraih karena dalam satu hari, seseorang tidur selama delapan jam, sedangkan 16 jam lagi dibuat untuk beraktivitas. “3000 mililiter dibagi 16 jam, per jamnya hanya 200 mililiter air atau segelas air. Tidak sulit, kan?,” katanya.