TEMPO.CO, Jakarta - Diabetes melitus adalah salah satu penyakit kronis sebab jika seseorang tidak mengontrol gula darahnya, berbagai masalah kesehatan lanjutan pun bisa dialami. Dokter mata Arief S. Kartasasmita mengatakan bahwa persentase terbesarnya jatuh kepada penyakit diabetik retinopati.
“Ini adalah kebutaan yang disebabkan oleh komplikasi mikrovaskular diabetes melitus. Angkanya termasuk paling tinggi,” katanya dalam siaran pers yang diterima Tempo.co pada 30 Oktober 2019.
Arief menjelaskan, berdasarkan data penelitian yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia, diperkirakan prevalensi retinopati diabetik sebesar 42,6 persen. Setidaknya akan ditemukan 24.600 orang dengan retinopati diabetik dan sekitar 10 persen dari jumlah tersebut mengalami kebutaan.
“Artinya, satu dari tiga orang yang tidak bisa melihat adalah pasien diabetes,” jelasnya.
Meski demikian, persentase 10 persen itu bisa bertambah jika retinopati diabetik semakin berkembang sebab Arief menegaskan bahwa retinopati diabetik bisa mengakibatkan diabetik makular edema (DME).
“Pada orang yang menderita DME, maka kualitas penglihatan akan semakin menurun, seperti adanya titik hitam, buram, dan melihat garis bergelombang. Kalau tidak segera diobati, akan mempercepat proses kebutaan juga,” katanya.
Oleh sebab itu, Arief menyarankan agar pasien diabetes selalu memeriksakan kesehatan mata sebab dengan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat, kemungkinan pasien kehilangan penglihatan dapat diminimalkan dan bahkan dipulihkan.
“Sehingga memungkinkan mereka untuk bisa mendapatkan kualitas hidupnya kembali,” ungkapnya.