Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Belajar Jadi Programmer dengan Mudah dan Murah, Simak Caranya

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
CEO dan founder Dicoding, Narendra Wicaksono. TEMPO/Nurdiansah
CEO dan founder Dicoding, Narendra Wicaksono. TEMPO/Nurdiansah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah inisiatif muncul untuk membantu masyarakat yang memiliki keinginan menjadi seorang programmer. Program ini berupa kelas atau kursus gratis. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Dicoding, perusahaan pengembang aplikasi di Indonesia. Mereka menyediakan kelas, yakni Dicoding Academy, yang dapat dipelajari secara daring. Program ini didesain untuk membantu pengembang membuat produk teknologi melalui tutorial dan kuis.

Kelas-kelas ini ada yang gratis dan berbayar. Namun di setiap kelas selalu disediakan modul pembelajaran yang dapat diakses gratis. Sejak berdiri pada 2015, Dicoding sudah memiliki 120 ribu murid yang tersebar di seluruh Indonesia. Kurikulum yang disediakan juga sudah bekerja sama dengan perusahaan teknologi dunia, seperti Google dan Microsoft. "Kami satu-satunya Google authorize training partner di Indonesia," ucap Chief Executive Officer Dicoding, Narenda Wicaksono, kepada Tempo di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Selasa lalu.

Narenda mengatakan materi yang ditawarkan di antaranya tentang bahasa pemrograman dalam sistem operasi Android, progressive web apps, dan pembuatan game. Awalnya, semua kelas mereka gratis. Namun, pada 2017, mereka juga membuka kelas berbayar. Sejumlah siswa kursus gratis bisa menikmati kelas berbayar dengan beasiswa yang mereka sediakan. Perbedaan kedua kelas itu terletak pada penilaian (review) atas hasil coding siswa.

Bukan keputusan mudah bagi Narenda untuk mendirikan Dicoding. Sebelumnya, ia bekerja selama delapan tahun di berbagai perusahaan teknologi, seperti Microsoft. Berbekal tabungan, ia bersama tiga kawannya mendirikan Dicoding. Untuk memperkenalkan kelas ini, mereka memberi banyak beasiswa. Mereka tak mudah meyakinkan orang mengenai pentingnya memiliki kemampuan ini. "Kalau sekarang meyakinkannya dengan contoh saja. Banyak lulusan kami berhasil dan sangat menginspirasi."

Dicodong memiliki lulusan bernama Junia Firdaus, pengemudi ojek daring yang mengikuti kelas di Dicoding. Junia juga mendapat beasiswa untuk mengikuti kelas Menjadi Android Developer Expert (MADE). Kini, ia bekerja sebagai Android developer di sebuah perusahaan.

Pembelajaran bahasa pemrograman juga ditawarkan Sandhika Galih, dosen di Universitas Pasundan yang mengampu tiga mata kuliah terkait dengan bahasa pemrograman, website, dan Internet. Ia mengaku sering kehabisan waktu dalam mengajar mahasiswanya. Solusinya adalah membuat saluran YouTube miliknya bernama Web Programming UNPAS. "Awalnya buat bahan kuliah, mengajar ke mahasiswa," kata Sandhika, Selasa lalu.

Namun, sejak merilis video perdana pada 2015, kanal miliknya berkembang cukup baik dan kini telah menjaring 170 ribu subscriber. Ia memberi tajuk "Ngoding Bareng" di video-video pembelajaran yang dirilisnya. Materi video lainnya adalah tutorial pemrograman website, belajar membuat website untuk pemula, menguasai code editor, dan kuliah atau mengobrol bareng. "Materinya basic sampai intermediate," ucapnya.

Dhika-sapaan akrabnya-membuat video ini seorang diri, termasuk dalam menyiapkan materi. Hasilnya, beberapa penonton videonya mengucapkan terima kasih karena diterima bekerja atau masuk ke kampus yang diinginkan. Mereka ada yang jadi programmer atau website developer. Lain waktu, ada guru sekolah atau dosen yang meminta izin untuk memakai materi videonya sebagai bahan ajar di kelas. "Senang dan bahagia bisa membantu orang lain," ujar dosen berusia 34 tahun ini.

Dhika membuat video sebanyak dua kali dalam sepekan. Sampai saat ini, jumlah video yang sudah dihasilkan sekitar 300. Pelanggan videonya mayoritas berusia 16-22 tahun dan 95 persennya berasal dari Indonesia. Sebagian besar adalah anak-anak SMK jurusan informatika. Ada pula mahasiswa tingkat awal.

Sementara Sandhika tanpa sengaja menarik perhatian anak SMK, Dyan Raditya Helmi memang menyasar para pelajar sekolah menengah ini. Helmi dan kawan-kawannya merancang program bernama SMK Coding. Ini adalah program coding gratis dan bersertifikat yang dilakukan sebanyak 10 kali pertemuan dengan peserta khusus anak SMK jurusan rekayasa perangkat lunak. "Kurikulum dan silabusnya kami sesuaikan dan output yang didapat siswa bisa catch up sama industri (berbasis digital)," kata Helmi kepada Tempo di kantor Alkademi, Jalan Ir Juanda, Bandung, Rabu lalu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Helmi, yang menekuni bidang TI sejak belasan tahun lalu, paham akan kondisi nyata Indonesia di bidang TI. Produk-produk yang lahir dari rahim era digital sudah berada dalam genggaman masyarakat Indonesia, tapi orang-orang yang mampu membuat produk itu masih sangat sedikit, bahkan langka.

Celakanya, tingkah laku pengguna media sosial di Indonesia sangat nyinyir, tanpa bisa memberikan solusi konkret. Misalnya, kata dia, ketika membicarakan peluang kerja menjadi coder, kebanyakan warganet malah mencaci karena kebanyakan coder yang bekerja di perusahaan rintisan Indonesia berasal dari luar negeri. "Saya suka kesal kalau di media sosial cuma kukulutus (nyinyir) memaki keadaan, lihat start-up karyawannya dari India," ujarnya.

Kekesalan Helmi itu melahirkan yayasan yang bergerak di bidang pelatihan programming TI, yakni Yayasan Akademi Karya Bangsa, pada Januari 2019. Ia mendirikan yayasan itu bersama tiga rekannya yang menekuni bidang TI. SMK Coding adalah program pertama yayasan itu yang dibuka pada 2018.

Kelas coding gratis pertama dibuka di Kepanjen, Batu, Jawa Timur. Alasan memilih Kepanjen karena ia yakin siswa SMK di daerah pelosok lebih membutuhkan skill tentang TI dibanding siswa SMK di kota-kota besar yang memiliki banyak pilihan hidup.

Helmi menggaet Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) guna memuluskan program SMK Coding angkatan pertama itu. Alkademi pun mendapat bantuan tetap dari Kemenkominfo berupa anggaran dana penuh untuk kegiatan pelatihan itu, dari bayaran pemateri hingga konsumsi makan siang untuk para siswa.

Dalam pelatihan yang dilaksanakan setiap akhir pekan tersebut, peserta mendapat ilmu tentang kemampuan teknis yang disesuaikan dengan kebutuhan industri, seperti membuat aplikasi berbasis Android. Selain itu, siswa diberi materi tentang kemampuan soft skill tentang tata cara beradaptasi di dunia kerja dan lain sebagainya.

SMK Coding kini sudah berlangsung di beberapa kota/kabupaten. Selain di Batu, Malang, juga di Surabaya, Kediri, Yogyakarta dan sekitarnya, Semarang, serta Bandung. "Tapi kebanyakan masih di daerah pelosok Jawa Timur," ujar Helmi.

Kini, mereka telah melahirkan sekitar 600 lulusan. Helmi berharap siswa lulusan SMK Coding lebih mampu bersaing saat terjun ke dunia kerja, khususnya di bidang TI. Minimal, kata dia, mereka bisa membuat aplikasi Android sederhana. Dia mencontohkan, siswa lulusan SMK Coding mampu membuat aplikasi kuis di Android.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


56 Siswa SMK Ini Jalani Program Backpacker dari Sekolahnya ke 20 Negara

20 hari lalu

Para siswa santri SMK Islamic Development Network (IDN) Boarding School berfoto di antara kegiatan program backpacker keliling ke-20 negara. Memulainya pada 16 Januari 2024, memasuki awal April ini mereka telah menyinggahi Pakistan, India, dan sampai di Arab Saudi. ISTIMEWA
56 Siswa SMK Ini Jalani Program Backpacker dari Sekolahnya ke 20 Negara

Selain mencari pengalaman dan ilmu di kampus-kampus tujuan, siswa santri ini juga membagikan ilmu dan pengetahuan di bidang teknologi informasi.


Pemerintah Jepang Perluas Cakupan Beasiswa untuk Mahasiwa Asing mulai April 2024

36 hari lalu

Ilustrasi beasiswa. Freepik
Pemerintah Jepang Perluas Cakupan Beasiswa untuk Mahasiwa Asing mulai April 2024

Pemerintah Jepang berencana memperluas cakupan mahasiswa asing yang dapat menerima beasiswa mulai April 2024.


Cerita Rasya Terjerat Pikat Dasar-dasar Coding, Tak Sabar Dalami Phyton

47 hari lalu

Muhammad Rasya Rizmanullah (13), siswa kelas 8 di SMP IT Gema Nurani, Bekasi, saat memamerkan modelling roblox pada Selasa, 5 Maret 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Cerita Rasya Terjerat Pikat Dasar-dasar Coding, Tak Sabar Dalami Phyton

Rasya menunjukkan kemampuan coding-nya dengan membuat model game Roblox kepada tim dari Google for Education yang datang ke sekolahnya


Prabowo Tegas di Debat Capres Mau Bangun Pabrik Ponsel, Pengamat: TKDN-nya Saja

6 Februari 2024

Calon Presiden nomor urut 1, Anies Baswedan  (kiri) dan Calon Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto (kanan) saat mengikuti Debat Kelima Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu, 4 Februari 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis
Prabowo Tegas di Debat Capres Mau Bangun Pabrik Ponsel, Pengamat: TKDN-nya Saja

Barangkali tak dibayangkan Prabowo, pengamat telekomunikasi yang pernah bekerja di Jerman ini sebut bikin pabrik ponsel di Indonesia tidak mudah.


Janji Capres Bangun Teknologi Informasi, Peneliti TII: Perlu Insentif dan Kebebasan Ekonomi

5 Februari 2024

Ketiga Capres dan Cawapres, Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (kiri), Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka (tengah) dan Ganjar Pranowo - Mahfud MD (kanan) saling berpegangan tangan usai Debat Kelima Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu, 4 Februari 2024. Debat kelima atau terakhir ini mengangkat tema kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi. TEMPO/M Taufan Rengganis
Janji Capres Bangun Teknologi Informasi, Peneliti TII: Perlu Insentif dan Kebebasan Ekonomi

Pemerintah perlu menyediakan insentif untuk membangun dan memperkuat teknologi informasi di Indonesia.


Tiga Capres soal Teknologi Informasi: Dari Bangun Pabrik hingga Penguatan SDM

5 Februari 2024

Ketiga Capres dan Cawapres, Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (kiri), Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka (tengah) dan Ganjar Pranowo - Mahfud MD (kanan) saling berpegangan tangan usai Debat Kelima Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu, 4 Februari 2024. Debat kelima atau terakhir ini mengangkat tema kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi. TEMPO/M Taufan Rengganis
Tiga Capres soal Teknologi Informasi: Dari Bangun Pabrik hingga Penguatan SDM

Dalam debat kelima Ahad malam, tiga Capres menjelaskan pandangannya soal kedaulatan teknologi informasi.


Top 3 Tekno: Tunggakan Uang Kuliah di ITB, Prabowo Mau Tambah Dokter

5 Februari 2024

Mahasiswa ITB menggelar aksi menolak skema pembayaran uang kuliah melalui platform pinjaman online di depan gedung Rektorat ITB, Bandung, 29 Januari 2024.  ITB bekerja sama dengan lembaga keuangan bukan bank Danacita yang digagas sejak tahun 2023. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno: Tunggakan Uang Kuliah di ITB, Prabowo Mau Tambah Dokter

Berita dari ITB puncaki Top 3 Tekno terkini. Tapi yang mendominasi adalah berita dari debat capres yang bahas teknologi informasi dan kesehatan.


Teknologi Informasi di Debat Capres, Pakar di ITB Sebut 3 Tantangan Rezim Baru

4 Februari 2024

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Teknologi Informasi di Debat Capres, Pakar di ITB Sebut 3 Tantangan Rezim Baru

Pakar teknologi informasi dari ITB mengatakan rezim baru perlu melakukan digitalisasi dan pencerdasan secara masif untuk transformasi Indonesia.


Andragogi dan Pedagogi, Apa Bedanya?

26 Januari 2024

Ilustrasi anak belajar. Freepik
Andragogi dan Pedagogi, Apa Bedanya?

Istilah andragogi pertama kali diperkenalkan oleh pendidik Jerman Alexander Kapp pada 1833


Kedutaan Besar Jepang Tawarkan Beasiswa untuk Guru di Indonesia

12 Januari 2024

Para simpatisan mengibarkan bendera dalam penampilan publik Kaisar Jepang Naruhito bersama keluarganya di Istana Kekaisaran di Tokyo, Minggu, 2 Januari 2023. Shuji Kajiyama/Pool via REUTERS
Kedutaan Besar Jepang Tawarkan Beasiswa untuk Guru di Indonesia

Kedutaan Besar Jepang membuka penawaran beasiswa non-gelar kepada guru Indonesia untuk belajar di universitas di Jepang.