TEMPO.CO, Jakarta - Protein hewani sudah tidak diragukan lagi untuk membuat tubuh kekar. Protein hewani itu dapat membantu mempercepat proses pembentukan otot pasca olahraga. Meski demikian, perlu diwaspadai untuk tidak mengkonsumsi protein hewani secara berlebihan. Karena berbagai masalah kesehatan justru bisa ditimbulkan karena aktivitas tersebut.
Pakar Gizi Universitas Indonesia Saptawati Bardosono menyebutkan bahwa salah satu dampak negatif itu bisa berupa fungsi ginjal dan hati yang rusak. Sebab, protein yang tidak terpakai akan dibuang lewat kedua organ tersebut. “Kerjanya otomatis jadi berat. Kalau terus diberi asupan yang berlebihan, jebol ginjal dan hatinya. Salah satu cara memperbaikinya cuma bisa dengan transplantasi, tidak mau kan?,” katanya dalam acara FFI MilkVersation di Jakarta pada 4 November 2019.
Baca Juga:
Masalah lain yang bisa dialami juga bisa berupa dehidrasi alias kekurangan cairan tubuh. Saptawati menjelaskan kekurangan cairan tubuh terjadi karena tubuh harus menggunakan lebih banyak cairan untuk mengeluarkan nitrogen pada protein. “Penelitian banyak menunjukan kalau proses ini bisa menekan cairan dalam tubuh,” jelasnya.
Sedangkan berat badan yang semakin meningkat bisa menjadi dampak lainnya. Alih-alih berotot, Saptawati mengatakan bahwa seseorang justru semakin bertubuh besar karena jumlah lemak pada protein yang didapat menjadi sangat berlebihan. “Batal dapat tubuh kekar jadinya,” ungkapnya.
Lalu, berapa angka protein hewani yang benar dikonsumsi pasca olahraga agar tidak berlebihan dan tubuh tetap berotot dengan cepat itu? Saptawati menjelaskan bahwa angkanya hanya boleh 10-35 persen dari asupan total harian. “Ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Kalau 2 ribu kalori per hari, berarti proteinnya hanya boleh 200-700 per hari,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA