TEMPO.CO, Jakarta - Masih ingatkah Anda tentang gempa bumi yang menimpa Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Juli 2018? Akibat goncangkan sebesar 6,4 Magnitudo itu, berbagai dampak negatif mulai dari rumah yang hancur hingga lahan yang rusak merugikan banyak orang.
Banyak masyarakat yang harus bekerja keras untuk kembali membangun kehidupan mereka. Salah satu alternatif yang diberikan untuk menjawab masalah dan tantangan yang dihadapi masyarakat Lombok itu datang dari siswa sekolah menengah atas Anglo-Chinese Schools (SMA ACS) Jakarta bernama Jason Sudirdjo.
Pria berusia 17 tahun itu menggagas pengembangan industri minyak alpukat. Awalnya, ide tersebut muncul saat ia mengunjungi Lombok pasca gempa. Jason melihat banyak buah alpukat yang berserakan di jalan. “Setelah saya cari tahu, ternyata Indonesia adalah penghasil alpukat terbesar nomor 4 di dunia,” katanya dalam acara Post-Disaster Management: Rehab, Recover, Reconstruction di Jakarta pada Sabtu, 9 November 2019.
Daripada terbuang sia-sia, ia pun berpikir untuk mengolah alpukat tersebut. Sesampainya di Jakarta, Jason langsung meneliti bahwa minyak alpukat di luar negeri harganya sangat mahal dan memiliki banyak manfaat. “Saya langsung cari tahu bagaimana kita bisa menghasilkan minyak alpukat dengan mudah supaya bisa dikerjakan oleh masyarakat di Lombok dan mereka kembali berpenghasilan,” katanya.
Ternyata, mendapatkan minyak alpukat tersebut sangat mudah. Jason mengatakan bahwa alpukat yang baik ataupun busuk bisa dikeringkan di bawah sinar selama 3-4 hari. Kemudian, saat warnanya sudah menjadi hitam, alpukat cukup diperas menggunakan kain. “Satu alpukat bisa menghasilkan 7-8 persen minyak,” katanya.
Mengetahui hal tersebut, Jason pun langsung memberikan pelatihan kepada para ibu-ibu terutama di kabupaten Lombok Timur. Hingga kini, apa yang dilakukannya telah berbuah baik untuk memajukan ekonomi Lombok. “Sekarang juga sudah ada ribuan UKM yang menjalankan minyak alpukat,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA