TEMPO.CO, Jakarta - Resistensi antibiotik sedang menjadi masalah besar di dunia kesehatan. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019, ditemukan sebanyak 700 ribu kematian di seluruh dunia terjadi akibat resistensi antibiotik.
Apa sebenarnya penyebab dari resistensi antibiotik itu? Menurut Ketua Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Hari Paraton, setidaknya ada empat hal yang bisa memicu timbulnya penyakit ini.ada empat hal yang bisa memicu timbulnyaada empat hal yang bisa memicu timbulnya
Pertama, pemakaian berlebihan (overused) karena kurangnya kontrol dari pihak pemberi antibiotik maupun inisiatif pengguna antibiotik. Kedua, penggunaan antibiotik tanpa indikasi (misused).
“Karena banyak orang yang menggunakan antibiotik tanpa anjuran dokter sehingga menimbulkan resistensi pada suatu antibiotik,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo.co pada Jumat, 22 November 2019.
Ketiga, penggunaan di bawah dosis yang dianjurkan (underused) juga bisa menyebabkan resistensi antibiotik sebab resistensi antibiotik bisa juga terjadi jika seseorang yang seharusnya rutin minum antibiotik tetapi tidak mematuhi petunjuk penggunaan tersebut. Keempat, transmisi bakteri resisten yang di fasilitas kesehatan akibat abainya menjalankan kewaspadaan universal.
Selain risiko kematian, berbagai dampak negatif juga bisa ditimbulkan dari resistensi antibiotik. Menurut Hari, resistensi antibiotik pada suatu bakteri membuat bakteri sulit dimatikan. Akibatnya, ia bisa berkembang dan menyebabkan infeksi hingga kecacatan.
“Bakteri akan menjadi resisten dengan cepat jika pemakaian antibiotik berlebihan sehingga menyebabkan penyakit susah disembuhkan dan penyebarannya sulit dihentikan,” ungkapnya.
Jika jumlah bakteri yang resisten terhadap antibiotik semakin banyak, ragam prosedur medis seperti transplantasi organ, kemoterapi, pengobatan diabetes, dan operasi besar juga menjadi sangat berisiko.
“Efek dari kondisi ini, pasien harus menjalani perawatan yang lebih lama dan menanggung biaya perawatan yang lebih mahal,” jelasnya.