TEMPO.CO, Jakarta - Kota Depok dihebohkan oleh kasus Hepatitis A yang menyerang banyak siswa sebuah sekolah menengah pertama. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes., menanggapi kasus itu dengan penekanan pada cara penularan yang penting ditelusuri.
“Yang paling penting bagaimana caranya sumber penularan itu bisa berhenti. Itu yang dilakukan upaya-upaya bersama dengan Dinkes setempat,” kata Wiendra.
Secara berjenjang, kesehatan itu basisnya wilayah. Dinkes setempat sebenarnya sudah melakukan upaya seperti membuat posko kesehatan dan setiap hari melaporkan.
“Cuma mungkin yang belum ditetapkan itu status daripada Hepatitis A. Kalau kita melihat itu seharusnya sudah membuatkan penetapan KLB. Di dalam penetapan KLB ini kalau dia sudah menetapkan maka leading sector ada di pemerintah daerah, tapi kami pun sudah berkoordinasi bersama-sama mengatasi masalah ini,” katanya.
Ia melanjutkan, yang pertama dilakukan adalah mencari kasus. Diketahui penularan Hepatitis A bermula dari seorang karyawan di sebuah sekolah menengah.
“Selanjutnya upaya yang dilakukan Dinkes sudah sesuai dengan SOP, misalnya yang positif diobati sesuai dengan tata laksana, penjajakan makanan juga diperiksa. Orang yang pertama (terjangkit Hepatitis A) itu harus dicari untuk menentukan apa sebenarnya sumber penularan,” ucap Wiendra.
Masalah Hepatitis A tidak bisa selesai dengan cepat karena masa penularannya 28-30 hari. Namun, untuk sementara Kemenkes dengan Dinkes Depok terus melakukan upaya-upaya untuk menurunkan angka kasus Hepatitis A. Upaya tersebut dilakukan di antaranya dengan mendirikan posko kesehatan, memeriksa kualitas makanan yang ada, dan sanitasi.