Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Imunoterapi Diperkirakan Tambah Masa Hidup Penderita Kanker Paru

image-gnews
Ilustrasi Kanker paru-paru. Shutterstock
Ilustrasi Kanker paru-paru. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis pulmonologi, Sita Andarini, menyatakan pengobatan durvalumab di Indonesia sudah berjalan sejak awal tahun ini. Pengobatan durvalimab adalah pengobatan yang melakukan kemoterapi, radioterapi dan imunoterapi sekaligus. Menurut Sita, menambah pengobatan imunoterapi alias terapi imun ini dapat memperpanjang masa hidup penderita kanker paru-paru stadium lanjut daripada mereka yang hanya melakukan pengobatan radioterapi dan kemoterapi saja.

Sita menjelaskan, hidup penderita kanker paru yang menjalani terapi imun diperkirakan mencapai 3,5 tahun setelah pengobatan. Sementara penderita yang hanya diobati dengan kemoterapi dan radioterapi diperediksikan bertahan hidup selama 2,4 tahun. “Imunoterapinya dilakukan berturut-turut ternyata angka kekambuhan (kanker paru) penderita lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak diberikan imunoterapi,” kata Sita di sela kongres European Society for Medical Oncology (ESMO) di Suntec City, Singapura, Sabtu, 23 November 2019.

Pengobatan durvalumab datang dari hasil studi Pacific untuk mengobati kanker paru bersel tidak kecil atau dinamakan non-small cell lung cancer (NSCLC). Pengobatan ini fokus pada kanker paru stadium III dan IV yang tak dapat diobati dengan operasi.

Sita memaparkan, kanker paru stadium III dan IV tergolong locally advanced cancer. Maksudnya adalah sel kanker telah menyebar ke kelenjar atau menempel di infiltrasi sehingga masuk ke pembuluh darah. Bahkan, pada stadium IV, sel kanker dapat menyebar ke saraf terdekat atau menutupi jantung.

Penderita kanker paru stadium III dan IV umumnya menjalani pengobatan kemoterapi dan radioterapi. Kini, Sita menuturkan, dunia medis telah menemukan cara baru yang disebut dapat memperpanjang masa hidup penderita. Namanya pengobatan durvalumab, yaitu kombinasi kemoterapi, radioterapi, serta imunoterapi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Sita, beberapa pasien Indonesia telah mengikuti program spesial akses durvalumab. Artinya, penggunaan durvalumab merupakan permintaan dari pasien yang bersangkutan. Pasien, lanjut dia, membutuhkan durvalumab sehingga paramedis mengajukan izin ke Kementerian Kesehatan untuk menerapkan terapi ini. Sita menambahkan izin diperlukan lantaran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI belum menerima durvalumab. Imfinzi, yang secara kimia dikenal sebagai durvalumab, termasuk dalam kelas baru obat onkologi yang disebut PD-L1 yang menghalangi mekanisme tumor yang digunakan untuk menghindari deteksi dari sistem kekebalan tubuh. "Sebelum di-approve, pasien bisa minta karena dia perlu dan di luar negeri studinya udah kelar. FDA (Food and Drug Administration) Amerika sudah approve tapi di Indonesia belum," kata dia.

Direkur Medis dan Spesialis Konsultan di Medical Oncology Singapura, Wong Seng Weng, mengatakan pengobatan durvalumab bakal menambah masa hidup penderita. Selain itu, durvalumab juga membuat masa progresif penderita kanker mencapai rata-rata 17,2 bulan.

Masa progresif alias progression-free survival merupakan rentang waktu dari penderita menjalani masa pengobatan hingga memerlukan obat lagi karena kondisi kembali terpuruk akibat kanker. Artinya, penderita perlu menjalani terapi kembali setelah sel kanker tak bekerja selama 17,2 bulan. Sementara itu, Wong melanjutkan, masa progresif penderita yang tidak dirawat dengan durvalumab alias plasebo hanya 5,6 bulan. "Tidak hanya hidup lama tapi hidup yang berkualitas. Kualitas hidup pasien akan lebih baik," kata Wong saat pemaparan di hotel Mandarin Oriental, Singapura, Jumat, 22 November 2019.

Otoritas Ilmu Kesehatan (Health Sciences Authority) Kementerian Kesehatan Singapura telah menerbitkan izin penggunaan durvalumab di negeri Singa itu pada November 2018. AstraZeneca yang meneliti pengobatan durvalumab telah mengajukan izin yang sama ke BPOM Indonesia di awal 2019.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

1 hari lalu

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.


Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

1 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.


Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

2 hari lalu

Sariawan di lidah bisa sembuh sendiri, tapi jika terlalu lama bisa jadi ada infeksi serius hingga sinyal kanker mulut. (Canva)
Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.


7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

2 hari lalu

Ilustrasi kucing (Pixabay)
7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.


OJ Simpson Meninggal, Kilas Balik Kasus Pembunuhan Mantan Istri dan Pencurian yang Melibatkannya

4 hari lalu

O.J. Simpson. Julie Jacobson-Pool/Getty Images
OJ Simpson Meninggal, Kilas Balik Kasus Pembunuhan Mantan Istri dan Pencurian yang Melibatkannya

OJ Simpson meninggal karena kanker prostat. Mantan atlet NFL ini dipenuhi kontroversi, antara lain dugaan pembunuhan dan lakukan pencurian.


Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

4 hari lalu

O.J. Simpson. wrdw.com
Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

OJ Simpson meninggal setelah melawan kanker prostat. Lantas, apa jenis kanker tersebut dan siapa yang berpotensi mengalaminya?


OJ Simpson Meninggal Setelah Lawan Kanker Prostat, Ini Kasus Kontroversialnya Diduga Menjadi Pembunuh

4 hari lalu

O.J. Simpson. wrdw.com
OJ Simpson Meninggal Setelah Lawan Kanker Prostat, Ini Kasus Kontroversialnya Diduga Menjadi Pembunuh

OJ Simpson meninggal pada usia 76 tahun. Ia sempat menjadi sorotan publik dikaitkan dengan kematian mantan istrinya, Nicole Brown Simpson.


O.J. Simpson Meninggal dalam Usia 76 Tahun Setelah Berjuang Lawan Kanker

7 hari lalu

O.J. Simpson. wrdw.com
O.J. Simpson Meninggal dalam Usia 76 Tahun Setelah Berjuang Lawan Kanker

Bintang NFL sekaligus aktor, O.J. Simpson meninggal setelah berjuang melawan kanker dalam usia 76 tahun.


Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

8 hari lalu

Ilustrasi Kanker paru-paru. Shutterstock
Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

Bukan hanya perokok, mereka yang tak pernah merokok sepanjang hidupnya pun bisa terkena kanker paru. Berikut sederet penyebabnya.


Gejala Kanker Paru pada Bukan Perokok

8 hari lalu

Ilustrasi kanker paru-paru. Shutterstock
Gejala Kanker Paru pada Bukan Perokok

Gejala kanker paru pada bukan perokok bisa berbeda dari yang merokok. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai.