TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu agenda utama Menteri Pendidikan dan Budaya Nadiem Makarim adalah menerapkan pendidikan berkarakter. Mantan bos Gojek ini menjelaskan bahwa pendidikan berkarakter tersebut diambil dari pilar Pancasila.
“Pancasila adalah implementasi dari pendidikan berkarakter. Sub-poinnya menjelaskan nilai hidup berdasarkan lima sila,” katanya dalam acara Konferensi Pendidikan Indonesia di Jakarta pada Sabtu, 30 November 2019.
Nadiem mengatakan bahwa agenda tersebut diangkat lantaran pendidikan berkarakter selama ini tidak selaras dengan Pancasila. “Padahal esensinya ini adalah moralitas universal. Apa itu moralitas atau akhlak? Ini prinsip dasar hidup, cara berinteraksi dengan manusia, antar organisasi dan antar institusi,” katanya.
Dalam menerapkannya, Nadiem meminta agar melakukan dua hal ini. Pertama ia menghimbau agar orang tua dan guru dapat memberikan contoh konkrit kepada anak. “Kita tidak bisa mendidik anak kecil tentang karakter melalui buku bacaan. Yang benar adalah dengan langsung menunjukkan tingkah laku atau menjadi role model mereka,” katanya.
Nadiem juga menyarankan agar orang tua serta guru memberikan sebab akibat dari pendidikan berkarakter yang akan digalakkan. Misalnya, jika anak melakukannya dengan baik, maka hadiah sebagai penghargaan bisa diberikan. Sebaliknya, menasihati jika anak melupakan pendidikan berkarakter juga wajib diterapkan. “Pembelajaran ini sangat efektif untuk anak-anak,” katanya.
Pemerintah pun akan terus memberikan himbauan pendidikan berkarakter langsung ke masyarakat dengan adanya konten positif. Misalnya melalui film, iklan dan billboard. “Karena terkadang, masyarakat lebih mendapatkan esensi dari hal apapun, termasuk pendidikan berkarakter melalui visualisasi yang baik. Sehingga kami juga akan mulai masuk lewat sektor-sektor ini,” tutupnya.