TEMPO.CO, Jakarta - Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit yang disebabkan berkurangnya fungsi sel B pankreas dan resistensi insulin bersifat genetik. Guru besar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Andalas (Unand) Padang, Profesor Eva Decroli menyebut mereka yang memiliki sifat genetik, disertai keadaan lingkungan yang kurang baik, kelebihan berat badan, kurang olahraga, dan makan berlebih akan mudah terjangkit DM tipe 2.
Ia menjelaskan ketika secara klinis tubuh tidak mampu lagi memproduksi insulin untuk mengompensasi peningkatan resistensi insulin maka terjadi keadaan toleransi glukosa terganggu atau disebut dengan pradiabetes.
"Ketika resistensi insulin semakin meningkat dan fungsi sel B pankreas menurun maka terjadi fase awal pradiabetes menjadi diabetes melitus tipe 2," ujarnya.
Ciri-ciri umun gejala diabetes melitus tipe 2 adalah keluhan berupa sering kencing, haus, sering lapar, dan penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas. Akan tetapi, diagnosis diabetes melitus tipe 2 ditegakkan berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa darah.
Dalam perjalanannya diabetes melitus tipe 2 selalu diawali dengan pradiabetes, yaitu faktor risiko mulai dari obesitas, riwayat keluarga, dan pertambahan usia. Pada tahap lanjut, diabetes melitus bisa menimbulkan komplikasi penyakit, seperti jantung diabetik, ginjal diabetik, mata diabetik, hati diabetik, pembuluh darah otak diabetik, kaki diabetik, hingga disfungsi ereksi.
Menurutnya, diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit ancaman manusia pada abad ke-21 karena berdasarkan data WHO pada tahun 2000, jumlah penderita di atas usia 20 tahun berjumlah 150 juta. Namun, pada 2025 akan membengkak jadi 300 juta orang dan pada 2030 diperkirakan mencapai 439 juta orang.
Di Indonesia, biaya kesehatan terbesar tersedot pada penanganan penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke yang semuanya didasari oleh adanya diabetes melitus tipe 2 sebelumnya. Menurut Eva berolahraga secara rutin minimal 150 menit per pekan dapat mencegah terjangkit diabetes melitus tipe 2.
"Memperbaiki kebiasaan buruk dengan gaya hidup sehat dan mengurangi asupan kalori efektif mencegah diabetes melitus tipe 2," katanya.
Menurutnya, melalui intervensi gaya hidup sehat yang intensif dapat menurunkan insiden diabetes melitus tipe 2 sebesar 58 persen dalam tiga tahun.
"Ini lebih baik daripada pencegahan dengan menggunakan obat-obatan, untuk olahraga 150 menit per minggu dapat dilakukan dengan berjalan kaki karena dapat membakar 700 kalori per minggu," katanya.
Selain itu, upaya pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah menurunkan berat badan minimal tujuh persen. Menurunkan berat badan berupa mengurangi makan dan meningkatkan aktivitas fisik akan mengurangi risiko diabetes pada orang yang kelebihan berat badan.
Ia memberi saran untuk pencegahan diabetes di antaranya diet mediterania, yaitu rendah kalori dan lemak. Diet tinggi kacang-kacangan, buah beri, kopi, dan teh berhubungan dengan penurunan risiko diabetes. Sedangkan daging merah, gula, minuman manis berhubungan dengan peningkatan risiko diabetes melitus tipe 2. Ia juga menyentil kebiasaan merokok yang dapat meningkatkan risiko diabetes melitus tipe 2.
"Evaluasi terhadap kebiasaan merokok dan kampanye berhenti merokok harus dirutinkan dan diviralkan guna pencegahan diabetes," katanya.