TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 75 persen beban kematian karena penyakit tidak menular (PTM) terjadi di negara berkembang. Kejadiannya meningkat lebih cepat dan terjadi pada kelompok usia yang semakin muda.
Sebesar 80 persen faktor risiko penyakit tidak menular disebabkan faktor gaya hidup, seperti kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi sayur dan buah, obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol. Faktor risiko ini yang dapat dicegah dengan mengupayakan gaya hidup sehat.
Farruk Qureshi, perwakilan dari WHO Indonesia, mengatakan setiap tahun ada 40 juta orang meninggal akibat penyakit tidak menular, 15 jutanya meninggal pada rentang usia 30-70 tahun. Artinya setiap 2 detik seseorang mati muda akibat penyakit tidak menular.
“Hampir dua pertiga dari total kematian akibat penyakit tidak menular terkait dengan konsumsi rokok, konsumsi alkohol yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, dan polusi udara,” ungkapnya.
Sementara itu, Representatif Aliansi Penyakit Tidak Menular Indonesia, Ibnu Haykal, mengungkapkan penyakit tidak menular menghambat pertumbuhan ekonomi di tingkat global dan nasional dengan mempengaruhi produktivitas pekerja secara negatif dan mengalihkan sumber daya dari tujuan produktif ke pengobatan penyakit.
Baca Juga:
Penyakit tidak menular diperkirakan menyebabkan kerugian ekonomi global kumulatif USD 47 triliun pada 2030, atau sekitar 75 persen dari PDB global 2010. Sementara beban biaya yang akan ditanggung negara-negara berkembang akibat PTM sejak 2011 akan menjadi USD 7 triliun dolar, setara dengan PDB gabungan Perancis, Spanyol, dan Jerman.
“Kurang dari 5 tahun lagi Indonesia akan terdampak ancaman global penyakit tidak menular namun hingga kini Indonesia belum memiliki regulasi yang benar-benar mampu yang melindungi masyarakat dari penyakit tidak menular,” ujarnya.
Penelitian yang dilakukan World Obesity Federation memprediksi pada 2025, sepertiga populasi dunia akan hidup dengan obesitas. Pada tahun yang sama akan ada lebih banyak anak-anak dan remaja mengalami obesitas daripada berat berat badan kurang.
Sementara jumlah total orang yang menderita diabetes akan mendekati 500 juta. Pada 2025, lebih dari 320 juta orang akan meninggal karena PTM. Angka ini setara dengan seluruh populasi AS saat ini, musnah oleh satu set penyakit, padahal lebih dari 120 juta kematian itu dapat dicegah.
Diabetes juga diperkirakan bakal menjadi ancaman nyata bagi anak-anak Indonesia melihat maraknya iklan minuman manis kemasan yang tidak diregulasi dan menyasar anak-anak. Perlu diingat, batas maksimal konsumsi gula per hari adalah 5 sendok teh sementara gula dalam satu botol minuman kemasan isi 500 ml saja bisa mencukupi kebutuhan gula hingga 3 hari ke depan.
“Belum lagi junk food yang semakin mudah didapatkan dan kondisi lingkungan yang penuh polusi semakin membuat masyarakat kita semakin rentan terserang penyakit tidak menular,” tutur Haykal
Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen, dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen. Anna Ulfah Rahajoe, FIHA, Sp.JP(K), Ketua Komite Aliansi Penyakit Tidak Menular Indonesia mengatakan prevalensi kematian akibat penyakit tidak menular pada 1990 adalah 37 persen, lalu pada tahun 2017 menjadi 71 persen dan Riskesdas 2018 kembai menunjukkan kenaikan.
“Hal ini menjadi ancaman yang serius bagi kesehatan bangsa di masa depan,” ujarnya.
Untuk itu, dibutuhkan komitmen serius dan kolaborasi dari seluruh stakeholder termasuk pemerintah, akademisi, asosiasi profesi, lembaga swadaya masyarakat untuk bisa memerangi penyakit tidak menular bersama-sama.
Ada banyak faktor risiko yang belum bisa ditanggulangi dengan baik, seperti kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi sayur dan buah, obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol. Upaya penting pemerintah untuk mendukung pencegahan penyakit tidak menular sejak dini beberapa di antaranya melaksanakan rekomendasi Sidang Kesehatan Dunia (WHA) 69.9 (2016) dan WHA 71.9 (2017) untuk melarang kampanye segala produk makanan dan minuman kepada bayi dan anak di bawah umur tiga tahun.
“Pemerintah juga perlu meratifikasi Frame Work Convention on Tobacco Control dan mengoptimalkan program pencegahan penyakit tidak menular yang telah ada,” jelasnya.