TEMPO.CO, Jakarta - Marie Land, seorang psikolog, mengatakan bahwa penggunaan kalimat "tim yang sama" dapat mengubah pertengkaran menjadi masalah yang harus dipecahkan bersama-sama oleh pasangan.
"Mengucapkan 'tim yang sama' seperti mengatakan bahwa saya tidak ingin situasi atau ketidaksepakatan ini, saya masih menginginkan hubungan ini," ujar Land.
Land melanjutkan bahwa ketika kita menekan jeda pada argumen selama 10 hingga 15 detik, secara simultan hal itu akan memperlambat detak jantung dan membuat kondisi semakin tenang.
Jennifer Chappell Marsh, terapis pernikahan dan keluarga, menjelaskan bahwa ketika berdebat, pembicaran akan berfokus pada dua tingkatan, yakni terkait dengan subjek diskusi (apa) dan proses diskusi (bagaimana). Menurut Marsh, ketika pasangan mengatur perdebatan seperti sedang berkompetisi, hal itu hanya akan membuat keduanya kehilangan visi tentang tujuan sebenarnya.
"Dengan menyebut kalimat yang telah disepakati sebelumnya seperti 'tim yang sama', hal itu seolah mengakui bahwa emosi telah mengambil alih dan mengganggu siklus negatif dari keinginan untuk menang," ucap Marsh.
Menurut Marsh, hal itu merupakan solusi sederhana. Dengan melontarkan kalimat tersebut, diharapkan kedua pihak akan bertanya-tanya, mengapa keduanya begitu terpaku memenangkan pertengkaran. Mengapa begitu sulit untuk melihat bahwa Anda berada di tim yang sama sejak awal?
Trey Morgan, instruktur pernikahan, mengungkapkan dia bersama istri, Lea, telah menikah selama 31 tahun dan bersumpah menggunakan kalimat "tim yang sama" ketika sedang bertengkar.
“Butuh beberapa tahun sebelum kami sadar bahwa kami berada di tim yang sama. Kami akhirnya menyadari bahwa kami menang bersama atau kalah bersama karena itulah arti dari tim yang sama," kata Morgan.