TEMPO.CO, Jakarta - Giving back alias berbagi kepada sesama sudah menjadi nilai yang melekat bagi keluarga Luhut Pandjaitan. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi itu memang menerapkan gaya hidup berbagi kepada anak dan cucunya. “Jangan mau menerima saja, tapi kita juga harus mau memberi,” katanya dalam unggahan status di media sosial Facebooknya.
Ia menjelaskan bahwa memberi dan berbagi tidak hanya berbicara soal uang, namun juga tentang waktu, tenaga dan apapun juga. Tak heran, salah satu bukti nyata dari memberi itu dituangkan dalam bentuk banyaknya aktivitas sosial yang dikerjakan. “Ada yang lewat yayasan yang dikelola bersama, ada yang tidak,” katanya.
Contohnya saja anaknya yang bernama Paulina Pandjaitan alias Uli yang memiliki Sekolah Noah. Selain itu, ada juga Kerri Panjaitan dengan Toba Tenun dan menantunya Intan menantu yang aktif di Yayasan Del. Namun yang baru-baru ini menarik perhatian adalah cucu terbesarnya, Faye. “Saya terus terang tidak terbayang dia bisa menjadi seperti sekarang ini. Faye mulai menjadi aktivis di bidang child trafficking sejak usia 11 tahun,” katanya.
Bahkan sebelumnya, Luhut mengatakan bahwa di usia Faye yang ke-8 tahun, dia sudah melakukan penggalangan dana untuk anak-anak korban meletusnya Gunung Merapi pada tahun 2010 silam. Kini, penggalangan dana lainnya dilakukan untuk membantu anak-anak korban pelecehan seksual. “Dia mendapatkan hampir Rp 1 miliar,” katanya.
Dengan pencapaian yang luar biasa ini, Luhut Binsar Pandjaitan pun sangat bersyukur. Ia pun berpesan bagi setiap anak muda yang ingin menjadi seperti Faye atau bahkan lebih hebat dari sang cucu untuk terus menggeluti apa yang sedang dikerjakan. “Lakukan segala sesuatu yang benar saat Anda mempercayainya. Tanya pada hati Anda yang paling dalam, apakah benar saya melakukan ini atau tidak. Kalau Anda yakin, maka kerjakanlah!,” katanya.