TEMPO.CO, Jakarta - Antibiotik mungkin adalah salah satu obat yang sering diminum saat sakit. Padahal, tidak semua masalah kesehatan bisa dan perlu diatasi dengan antibiotik. Pasalnya, penggunaan antibiotik yang berlebihan justru bisa menyebabkan resistensi antibiotik.
“Kalau sakit sedikit dan diminumi antibiotik, lama-lama bisa resisten. Ini bahaya karena bakteri saat Anda sakit jadi kebal dan sulit dimatikan,” kata Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikrobakterial, Hari Paraton, dalam acara media briefing "Resistensi Antimikroba" di Jakarta pada Kamis, 19 Desember 2019.
Hari pun menjelaskan bahwa berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan, sebanyak 71 persen orang meninggal di ICU lantaran resisten terhadap antibiotik. Untuk itu, memperhatikan penggunaan antibiotik perlu dilakukan.
Dokter spesialis kandungan ini pun menjelaskan penyakit apa saja yang diperbolehkan dan tidak untuk mengonsumsi antibiotik agar tidak menyebabkan resistensi. Untuk yang diperbolehkan, Hari menerangkan bahwa hanya penyakit yang disebabkan oleh bakteri saja yang dapat diberi antibiotik.
“Contohnya usus buntu, pneumonia, dan infeksi saluran kemih. Itu boleh karena semua terjadi akibat infeksi bakteri,” ungkapnya.
Sedangkan masalah kesehatan yang tidak membutuhkan antibiotik itu adalah penyakit yang terjadi di luar bakteri, misalnya infeksi virus. Beberapa contoh penyakit akibat infeksi virus pun termasuk batuk, pilek, radang tenggorokan, korengan, hingga demam berdarah.
“Kalau infeksi virus itu tidak akan bisa dibunuh dengan antibiotik karena dia tujuannya bakteri. Infeksi virus ini cukup istirahat dan memperhatikan gaya hidup saja,” jelasnya.