TEMPO.CO, Jakarta - Liburan akhir tahun telah tiba. Selain berjalan-jalan, Anda juga bisa melakukan hal ini. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Ari F. Syam mengajak kaum perempuan untuk memanfaatkan waktu liburan dengan Periksa Payudara Sendiri (Sadari) dan juga Periksa Payudara Klinis (Sadanis) jika perlu pemeriksaan lebih lanjut.
"Kami mengimbau para ibu melakukan Sadari dan Sadanis jika dirasakan ada benjolan pada payudara," katanya.
Ia menambahkan pada prinsipnya penanganan kanker, semakin dini ditemukan, maka semakin mudah untuk diobati. Apalagi organ payudara berada di luar bagian tubuh dan deteksi dini akan lebih mudah. Risiko lain yang juga harus diperhatikan adalah riwayat keluarga yang memiliki riwayat tumor atau kanker payudara, usia di atas 45 tahun, tidak memiliki anak, kehamilan pertama di atas 30 tahun, dan riwayat menstruasi pada umur kurang dari 12 tahun atau menopausenya panjang sampai di atas 55 tahun.
Jika semakin lanjut kanker payudara datang, semakin buruk prognosis, dan pembiayaan pengobatan yang harus dikeluarkan juga bertambah besar.
"Bagi seluruh ibu dan para perempuan dengan risiko tinggi harus selalu ingat agar secara rutin memeriksa sendiri, apakah ada benjolan di payudara,"katanya,
Data Global Cancer Observatory 2018 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah payudara. Penderita kanker payudara mencapai hampir 17 persen dari kanker yang ada.
Data Kemenkes juga menyebutkan angka kanker payudara di Indonesia mencapai 42,1 orang per 100.000 penduduk. Rata-rata kematian akibat kanker payudara mencapai 17 orang per 100.000 penduduk.
"Untuk kasus kanker payudara di Indonesia, 30 persen sudah lanjut, 30 persen kasus saat ditemukan sudah menyebar di organ lain, dan hanya 40 persen yang ditemukan pada stadium awal," katanya.
Padahal, kanker payudara tingkat lanjut bisa ditekan jika kaum perempuan selalu ingat untuk memeriksa payudaranya secara rutin atau Sadari.