TEMPO.CO, Jakarta - Hujan deras yang mengguyur ibukota dan banjir di awal 2020 telah memakan korban. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sudah ada sembilan orang yang dinyatakan meninggal dunia.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo.co pada Rabu, 1 Januari 2020, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo, mengatakan bahwa empat meninggal karena tertimbun tanah longsor, dua lainnya karena faktor usia, dan tiga sisanya akibat hipotermia.
Istilah hipotermia sudah tidak asing lagi di telinga. Namun, mungkin ini dikenal sebagai penyebab kematian orang yang sedang naik gunung. Padahal, melansir dari situs CDC.gov, hipotermia juga bisa disebabkan oleh banjir.
Hipotermia sendiri terjadi akibat suhu yang dingin. Saat dalam keadaan banjir dan tubuh terendam, serangan dingin akan mulai menggigit dan menyebabkan tubuh hilang rasa. Tubuh juga akan kehilangan panas lebih cepat daripada yang dapat diproduksi. Hal ini akan menyebabkan suhu inti turun.
Normalnya, suhu tubuh manusia adalah 37 derajat Celsius. Namun, hipotermia bisa membuat suhu turun menjadi 35 derajat Celsius. Ketika suhu mulai menurun, hal-hal buruk akan terjadi. Orang bisa menggigil, bernapas lambat, kelelahan, bergumam, denyut nadi lemah, amnesia, kehilangan kesadaran, hipotermia akut, hingga akhirnya kematian.
Jadi, kematian akan menyerang jauh sebelum tubuh kedinginan dan tidak akan tiba-tiba terjadi. Oleh sebab itu, seseorang harus segera mengantisipasinya bila hal buruk sudah mulai terasa. Umumnya, hal tersebut akan muncul jika seseorang sudah berendam di dalam air selama 15-30 menit.