TEMPO.CO, Jakarta - Banyak penelitian menyebutkan generasi milenial lupa atau tidak tertarik membeli rumah. Mereka lebih senang menyewa apartemen atau rumah kontrakan untuk tempat tinggal.
Dampak dari meningkatnya angka milenial yang menyewa properti ini adalah tingginya angka dekorasi rumah agar terlihat lebih instagramble. Untuk mencapai keinginan ini, banyak milenial yang akhirnya menghabiskan uang untuk merenovasi bagian dalam hunian dan menambahkan elemen kecil seperti tanaman.
“Kami melihat banyak orang membeli tanaman sebelum membeli rumah,” ujar Justin Mast, pendiri Bloomspace, layanan pengantar tanaman, dikutip dari Money.
Dikutip dari laporan National Gardening Association 2019, milenial menyumbang USD 48 miliar atau Rp 657 miliar untuk produk perkebunan, yakni tanaman, baik sintetis maupun alami, pada 2018, meskipun mereka memiliki pendapatan yang lebih rendah daripada generasi yang lebih tua.
Alhasil, layanan pesan antar tanaman seperti Bloomscape, Sill, Rooted, dan lain sebagainya semakin menjamur di Amerika Serikat. Apalagi tagar seperti #urbanjungle, #plantparenthood, #succulentsunday menjadi tren di media sosial saat ini.
Sementara itu, dikutip dari penelitian oleh Urban Institute, persentase kepemilikan rumah oleh milenial hanya menyentuh angka 37 persen pada 2015, 8 persen lebih rendah dibanding angka kepemilikan rumah oleh Gen X di usia yang sama.
Milenial, khususnya wanita, disebutkan bersedia merogoh kocek lebih dalam untuk tanaman karena merasa memiliki tumbuhan hijau penting bagi kesehatan jiwa dan raga, terutama yang bekerja berjam-jam di kota besar. Memiliki tanaman di dalam rumah akan membuat pikiran menjadi lebih segar.
“Pertumbuhan pembelian tanaman bermuara pada kesehatan dan kesejahteraan, tren desain interior media sosial, dan keinginan untuk lebih dekat dengan alam,” jelas Kay Kim, salah satu pendiri Rooted, layanan pengiriman tanaman di New York, Amerika Serikat.