TEMPO.CO, Jakarta - Matematika menjadi momok buat banyak pelajar. Mata pelajaran yang sarat angka dan rumus ini dianggap sukar dan menakutkan. Ketua Panitia Kejuaraan Matematika Shinkenjuku atau "The 3rd Shinkenjuku Math Championship", Basir Jovan mengatakan anak yang memiliki tingkat literasi yang lemah akan mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika.
"Dari hasil kejuaraan matematika sebelumnya, diketahui sebagian besar anak-anak yang menjadi peserta mengalami kesulitan dalam memahami soal matematika yang diberikan," ujar Jovan dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 23 Januari 2020.
Kesulitan dalam memahami soal itu ditunjukkan dengan beberapa soal matematika yang mayoritas jawabannya tidak tepat. Sebagian besar anak Indonesia mengalami kesulitan begitu mengerjakan soal cerita pada matematika.
"Ada kaitannya antara kemampuan membaca dengan kemampuan numerasi anak," katanya.
Menurut Jovan, baik literasi maupun numerasi harus berjalan beriringan karena sama-sama dibutuhkan oleh anak. Jika melihat matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah sosial, maka literasi sangat penting untuk memetakan numerasi itu sendiri.
"Jadi, baik matematika dan literasi harus berjalan beriringan," katanya.
Direktur Benesse Indonesia, Tatsunosuke Suzuki, mengatakan hal yang terpenting dalam mempelajari matematika adalah bisa memahami konsepnya. Dengan pemahaman konsep, anak bisa menemukan jawaban dengan berbagai cara, tidak hanya dengan satu cara saja atau dengan kata lain melatih anak berpikir kreatif. Selain itu, yang paling penting dalam mempelajari matematika dengan menyenangkan.
"Kami melatih anak-anak agar dapat memahami masalah, mencari cara, menghitung, dan memeriksa kembali," ujar Suzuki.