TEMPO.CO, Jakarta - Siwak, dahan atau akar pohon Salvadora persica, telah dikenal sejak 3.500 SM. Akar ini diklaim mampu menjaga kesehatan gigi, jaringan penyangga gigi dan gusi.
"Siwak punya manfaat antimikroba, menghambat pertumbuhan bakteri untuk mencegah dua penyakit yang umum terjadi, yakni gigi berlubang dan penyakit gusi," kata pakar kesehatan gigi dan mulut drg. Ratu Mirah Afifah.
Berbagai penelitian modern membuktikan siwak juga bisa menghambat dan mematikan pertumbuhan bakteri serta menguatkan permukaan email gigi sehingga mencegah timbulnya gigi berlubang.
Selain itu, siwak juga dapat menghentikan pendarahan dan peradangan gusi, menstimulasi peningkatan produksi air liur, yang berfungsi menetralkan kondisi asam di mulut. Saat ini, siwak sudah diekstrak dan digunakan sebagai salah satu bahan tambahan dalam pasta gigi. Ada juga produsen pasta gigi yang menambahkan mint untuk memberikan kesegaran napas.
"Ekstrak siwak ditambahkan ke pasta gigi, sehingga tetap bisa memberikan manfaat," kata Mirah.
Lalu, apakah frekuensi menyikat gigi menggunakan pasta gigi bersiwak sama seperti pasta gigi pada umumnya?
"Memang Rasulullah menganjurkan lima kali. Kalau dilakukan dapat sunnahnya. Dari sisi kesehatan pastinya lebih baik. Kuncinya membersihkan mulut dengan alat yang tepat," tutur Mirah.
Durasi menyikat gigi yang disarankan para pakar kesehatan gigi yakni dua menit untuk meminimalisir risiko menyisakan partikel makanan di gigi dan sela-selanya. Namun, Mirah mengingatkan untuk tidak langsung menyikat gigi setelah makan, atau beri jeda dulu agar email gigi tidak rusak.
"Makanan bisa mengandung asam. Ketika mulut (asam) kalau langsung sikat email gigi bisa hancur, meskipun email bagian keras," kata Mirah.