TEMPO.CO, Jakarta - Novel coronavirus (nCov) atau virus corona masih menjadi topik perbincangan. Hingga kini, virus yang menyebabkan pneumonia di Wuhan, Cina, itu memang sudah menyebar ke berbagai negara di Asia bahkan Eropa. Kasusnya pun telah mencapai lebih dari 20.000 orang per 4 Februari 2020.
Meski demikian, tak sedikit pula orang yang sakit sembuh total. Ratusan di antaranya bahkan sudah diperbolehkan keluar rumah sakit setelah dinyatakan negatif virus melalui metode usap tenggorokan selama dua kali berturut-turut. Berdasarkan situs South China Morning Post pada Minggu, 26 Januari 2020, kesembuhan didapat setelah pasien positif virus corona mendapatkan obat anti-HIV.
“Komisi Kesehatan Nasional juga telah merekomendasikan nama-nama yang dikabarkan bisa mengobati virus corona. Kami memiliki stok Lopinavir/Ritonavir di Beijing,” kata kepala tim ahli yang dibentuk untuk mengatasi virus di Cina, Zhong Nanshan.
Namun, benarkah obat anti-HIV itu bisa menyembuhkan virus corona? Menanggapi hal ini, dokter spesialis paru di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Raden Rara Diah Handayani, mengatakan hingga saat ini belum ada obat yang ditetapkan untuk menyembuhkan virus corona.
“Belum ada sama sekali. Masih tahap penelitian semua,” katanya dalam media briefing di Jakarta pada 4 Februari 2020.
Meski demikian, Diah menjelaskan jika virus corona memiliki cara berkembang dan kesamaan pola serta perilaku dengan virus HIV. Tak heran, sebagai pertolongan pertama sebelum pengobatan untuk corona ditemukan, para dokter pun mencoba menggunakan HIV.
“Karena dokter melihat bagaimana proses obat bekerja, bagaimana obat bisa memutus rantai penyakit kita. Itulah kenapa pakai obat HIV,” ungkapnya.