TEMPO.CO, Jakarta - Sakit kepala tidak hanya menyerang orang dewasa namun juga anak-anak. Sebanyak 15-20 persen anak dengan rentang usia 5-14 tahun dilaporkan mengalami sakit kepala.
Bagaimana para orang tua dapat mengetahui tanda-tanda jika anaknya terserang sakit kepala? Beberapa kasus sakit kepala yang menyerang anak ditandai dengan dehidrasi, tidak nafsu makan, menangis terus menerus, serta lesu.
Sakit kepala pada anak dikategorikan ke dalam dua tipe. Tipe pertama merupakan sakit kepala yang menyerang seorang anak tanpa diikuti penyakit lainnya. Sementara itu, tipe kedua merupakan sakit kepala yang terjadi saat anak mengalami sakit lain, seperti flu dan demam.
Tipe sakit kepala pertama adalah migrain. Adanya tekanan atau rasa sakit pada pelipis merupakan salah satu tanda anak mengalami migrain. Menurut American Migraine Foundation, sekitar 25 persen remaja berusia 15-17 tahun mengalami migrain.
Terlalu sedikit atau bahkan terlalu banyak tidur dan stres menjadi penyebab migrain pada anak. Oleh sebab itu, para orang tua harus dapat mengontrol gaya hidup anak. Sedangkan 10 persen anak penderita migrain mengaku jika kepalanya terasa seperti dipukul terus menerus.
Jika sudah demikian, segera bawa anak ke dokter. Jangan buat keputusan sendiri dengan memberinya obat pereda sakit kepala yang kandungannya belum tentu tepat untuk anak.
Tipe sakit kepala kedua umumnya terjadi saat anak merasa nyeri pada bagian kepala atau leher, depresi, cemas, dan sinus. Tipe sakit kepala kedua dapat berlangsung selama tujuh hari atau bahkan lebih. Anak yang mengalami tipe sakit kepala ini merasakan sakit pada kedua bola mata sehingga menyebabkan mata memerah dan berair.
Jika tak segera ditangani, mata dan dahi akan membengkak. Sakit kepala terus menerus bisa jadi tanda adanya tumor. Jika anak mengeluh sakit kepala terus menerus, sangat disarankan untuk segera periksa ke dokter.