TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang tua mengambil langkah ekstrem untuk menghindari anak terlalu banyak memakai gawai. Pencarian cepat di YouTube mengungkapkan ribuan video orang tua menyerbu kamar anak-anak, mencabut komputer atau konsol game, dan menghancurkan perangkat menjadi potongan-potongan.
Tapi inilah yang kebanyakan orang tua tidak mengerti. Teknologi bukan masalah, dan menegakkan aturan ketat tentang penggunaan teknologi bukanlah solusi. Alih-alih, itu adalah akar penyebab gangguan anak-anak yang perlu ditangani.
Sama seperti tubuh yang membutuhkan nutrisi makro untuk berjalan dengan baik, jiwa manusia memiliki kebutuhan sendiri untuk berkembang. Jadi, ketika anak-anak tidak diberi nutrisi psikologis yang dibutuhkan, mereka lebih cenderung melakukan perilaku yang tidak sehat dan mencari kepuasan dalam lingkungan virtual. Jika ingin membesarkan anak-anak yang sangat sukses, berikut tiga nutrisi psikologis paling penting yang harus dipenuhi.
Kebebasan
Ini mungkin terdengar seperti ide yang mengerikan, tetapi memberi anak kebebasan mengendalikan pilihan sebenarnya bisa menjadi hal yang baik. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh dua profesor psikologi, Marciela Correa-Chavez dan Barbara Rogoff, anak-anak yang tidak banyak menjalani pendidikan formal menunjukkan perhatian dan pembelajaran yang lebih berkelanjutan.
Daripada menjadi orangtua yang menerapkan aturan ketat, bantu anak-anak membuat batasan sendiri. Tujuannya untuk membuat mereka mengerti mengapa waktu layar harus dibatasi. Semakin Anda membuat keputusan dengan mereka, dan bukan sebaliknya, semakin besar kemungkinan mereka bersedia mendengarkan panduan Anda.
Kompetensi
Pikirkan sesuatu yang Anda kuasai, seperti memasak makanan lezat atau parkir paralel di ruang sempit. Kompetensi terasa baik, bukan? Dan perasaan itu tumbuh di samping kemampuan untuk mencapai kesuksesan dalam hidup.
Terlalu sering anak-anak diberi pesan mereka tidak kompeten pada apa yang dilakukan. Tes standar, misalnya, merupakan kontribusi besar terhadap masalah ini karena mereka tidak memperhitungkan fakta bahwa anak-anak yang berbeda memiliki tingkat perkembangan yang berbeda.
Jika seorang anak tidak berhasil dengan baik di sekolah dan tidak mendapatkan dukungan individual yang diperlukan, mereka mungkin mulai percaya diri mereka tidak kompeten. Jadi, mereka berhenti berusaha. Dengan tidak adanya kompetensi di kelas, anak-anak beralih ke gerai yang berpotensi tidak sehat untuk mengalami perasaan tumbuh dan berkembang. Diskusikan dengan anak tentang apa yang mereka sukai dan dorong mereka untuk mengejarnya dengan cara di mana mereka dapat mencapai tingkat kompetensi.
Sosialiasi
Seperti orang dewasa, anak-anak ingin merasa penting bagi orang lain dan sebaliknya. Kesempatan untuk memenuhi kebutuhan ini, dan mengembangkan keterampilan sosial pada saat yang sama, berpusat pada peluang untuk bermain dengan orang lain.
Namun, di dunia sekarang ini, sifat permainan berubah dengan cepat. Sementara, generasi sebelumnya diizinkan untuk bermain sepulang sekolah dan membentuk ikatan sosial yang dekat, banyak anak saat ini dibesarkan oleh orang tua yang membatasi bermain di luar ruangan, karena predator anak, lalu lintas, dan pengganggu.
Selama lebih dari 50 tahun, waktu bermain anak-anak terus menurun dan itu membuat mereka tidak berubah menjadi orang dewasa yang percaya diri. Sedihnya, spiral ke bawah ini membuat banyak anak tidak punya pilihan selain tetap di dalam rumah, menghadiri program terstruktur, atau mengandalkan teknologi untuk terhubung dengan orang lain.
Beri anak-anak lebih banyak waktu luang untuk berinteraksi langsung dengan orang lain seusia. Ini akan membantu mereka menemukan koneksi yang mungkin mereka cari secara daring atau melalui media sosial.