TEMPO.CO, Jakarta - Wabah virus corona yang terjadi sejak akhir Desember 2019 semakin meresahkan masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Ananda Wibawanta Ginting, masyarakat sebaiknya tidak terlalu resah sebab jika tatalaksana penanganan orang yang terpapar virus corona sesuai, maka korban bisa sembuh.
"Meski sampai sekarang belum ada anti-virus, namun bukan berarti tidak bisa sembuh. Pasien yang terinfeksi bisa menjalani pengobatan yang sifatnya suportif dan fokus pada pasien jika terjadi komplikasi," ucap Ananda saat ditemui di Jakarta, Sabtu 8 Februari 2020.
Jadi pengobatan virus corona sampai sekarang masih bersifat suportif yakni menyesuaikan dengan kebutuhan pasien. Misalnya pasien kekurangan oksigen dikasih oksigen, kurang cairan diinfus, ada penyakit penyerta diobati, kalau ada demam dikasih demam, kalau gangguan pernapasan diberi alat bantu pernapasan.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSCM Ananda Wibawanta Ginting saat ditemui di acara Cancer Information and Support Center di Jakarta, Sabtu 8 Februari 2020.TEMPO/Eka Wahyu Pramita
Perlu diketahui, lanjut Ananda, faktor risiko virus corona berefek pada kematian atau kondisi memburuk biasanya karena multifaktor. Pertama ialah usia yang semakin tua maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terkena penyakit.
Kemudian pasien bukan terpapar virus corona saja tetapi juga memiliki penyakit penyerta lainnya seperti kanker, jantung, diabetes, atau gagal jantung. Belum lagi saat tata laksana perawatan pasien selama masa pemantauan kondisinya tidak sesuai, kemudian pemberian cairan dan nutrisi juga tidak adekuat.
"Penyakit penyerta bisa berdampak pada komplikasi sehingga kita juga fokus pada penyembuhan di bagian komplikasi. Yang bisa kita lakukan menjaga agar dampak yang dirasakan pasien tidak terlalu berat. Sebab jika penyakit penyerta di luar paparan virus nConV muncul maka kondisi klinis pasien akan semakin berat," ucap Ananda.