TEMPO.CO, Jakarta - Diet mediterania menjadi salah satu gaya hidup yang banyak dilakukan masyarakat. Secara garis besar, diet ini menomorsatukan sayuran, buah-buahan, biji-bijian, ikan. Sebaliknya, para pelakunya amat menghindari daging merah dan makanan maupun minuman tinggi gula.
Memang, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa diet ini paling direkomendasikan karena berbagai manfaatnya. Beberapa diantaranya termasuk membantu mencegah serangan jantung, stroke, diabetes tipe 2, dan kematian dini.
Namun baru-baru ini, sebuah penelitian baru mengungkapkan manfaat lain dari diet mediterania khususnya bagi lansia. Melansir dari situs ABC News, penemuan baru itu diunggah di Gut, sebuah publikasi British Medical Journal pada Senin, 17 Februari 2020. Para pakar pun menganalisis mikrobiota usus dari 612 peserta studi antara usia 65 hingga 79 tahun.
Sekitar setengah dari peserta ditugaskan untuk menjalankan diet mediterania, sementara yang lain adalah subjek kontrol. Selama 12 bulan, peserta penelitian yang ditugaskan untuk menjalankan diet mediterania tidak mengalami penurunan jumlah dari keanekaragaman mikrobiota pada usus mereka.
Rupanya, keanekaragaman mikrobiota ini telah dikaitkan dengan minimnya risiko penyakit autoimun, obesitas dan penuaan. Di antara para peserta yang sama, ditemukan bahwa pelaku diet Mediterania juga mendapat keuntungan dimana fungsi kognitif dan memori mereka menjadi lebih baik. "Temuan kami membuktikan bahwa diet mediterania sangat baik untuk memodulasi mikrobiota usus yang ternyata memiliki potensi dalam mempromosikan kesehatan tubuh di usia lanjut,” kata para penulis penelitian.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | ABCNEWS