TEMPO.CO, Jakarta - Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga 21 Februari 2020, virus corona baru atau COVID-19 telah menginfeksi 76.769 orang di 26 negara, dengan kasus terbanyak di daratan Cina dengan 75.569 kasus. Virus itu telah menyebabkan 2.239 orang di China dan delapan orang di luar China kehilangan nyawa.
Ahli mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra, menjelaskan obat antimalaria klorokuin fosfat memiliki efek antivirus. Karena itu bisa digunakan dalam pengobatan pasien COVID-19, penyakit akibat infeksi virus corona baru.
"Jadi zat klorokuin punya antimalaria sekaligus punya aktivitas antivirus. Obat itu juga dipelajari untuk pengobatan HIV. Meski belum diketahui apakah bisa untuk virus apa saja, yang jelas zat itu pernah diteliti juga punya aktivitas anti-HIV," katanya.
Ahli kesehatan Cina sebelumnya mengumumkan telah menemukan cara baru dalam menangani pasien COVID-19 dan menyatakan penggunaan obat antimalaria lebih efektif untuk merawat pasien COVID-19. Menurut Pusat Pengembangan Bioteknologi Nasional Cina yang berada di bawah Kementerian Sains dan Teknologi, klorokuin fosfat memiliki efek penyembuhan tertentu pada pasien yang terserang penyakit pernapasan akibat infeksi virus corona baru.
Pemerintah Cina diwartakan sedang menguji penggunaan obat tersebut untuk pasien COVID-19 di lebih dari 10 rumah sakit di Beijing serta rumah sakit di Provinsi Guangdong dan Provinsi Hunan. Klorokuin fosfat biasa digunakan untuk mengobati malaria, penyakit yang disebabkan oleh protozoa dan menular ke manusia lewat gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.
"Secara general bisa dianalogikan memang bisa digunakan karena dari penelitian sebelumnya zat itu bisa digunakan untuk anti-HIV, di mana HIV memang disebabkan virus RNA, sama seperti corona," kata Sugiyono.
Virus RNA adalah virus yang materi genetiknya RNA (asam ribonukleat), sedangkan virus DNA materi genetiknya asam deoksiribonukleat. Penyakit ebola, SARS, rabies, hepatitis C, dan HIV/AIDS disebabkan oleh virus RNA. Virus corona juga termasuk virus RNA. Virus corona baru sejak akhir 2019 menyebabkan wabah COVID-19 di wilayah Cina.