TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis kuliner bisa menjadi pilihan usaha yang menjanjikan, apalagi didukung dengan maraknya teknologi dan layanan pesan-antar yang cepat dan mudah. Menurut Chef Arnold Poernomo, ada beberapa yang perlu diperhatikan oleh para calon pebisnis kuliner sebelum memulai usahanya, seperti :
1. Konsep dan produk original
Hal pertama yang perlu dipersiapkan dengan matang ialah konsep dan produk yang unik dan original. Menurut Arnold, konsumen akan segera tertarik dengan makanan atau minuman yang tak hanya menyuguhkan rasa yang enak, namun juga menawarkan pengalaman baru ketika menikmatinya. "Kita ingin bisnis ini bukan bisnis hype, tapi apa next-nya? Kita open untuk semua ide baru sesuai dengan visi-misi mereka sendiri dengan produknya," kata CEO Digitarasa itu saat ditemui di Jakarta, Senin 24 Februari 2020.
2. Riset
Riset diperlukan untuk memahami konsumen yang ingin disasar serta cita rasa yang diinginkan melalui produk kuliner yang akan diluncurkan. "Yang diminati banyak konsumen saat ini secara data, misalnya, lebih ke cita rasa Indonesia yang inovatif, penyajian cepat dan harga terjangkau," ujar dia.
CEO & Co-Founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata, Chief Food Officer Gojek Group, Catherine Hindra Sutjahyo, Chef Arnold Poernomo, dan Managing Director Digitaraya Nicole Yap saat peluncuran sebuah akselerator bisnis kuliner, Digitarasa di Menara Digitaraya, Jakarta, Senin, 24 Februari 2020. Tempo/Hendartyo Hanggi
Riset, bagi Arnold merupakan salah satu hal yang harus dimiliki bagi pengusaha kuliner agar dapat memperluas bisnisnya lebih baik lagi. "Karena bukan cuma mengandalkan produknya yang enak, konsep yang bagus, tapi kalau mau berbisnis kita harus punya skill lagi, bekal supaya pemilik bisa grow bisnis mereka lebih besar lagi," kata dia.
3. Terbuka dengan ulasan orang lain
Menurut salah satu juri Masterchef Indonesia itu, ulasan dari seseorang - baik dan buruk merupakan bekal bagi pelaku bisnis agar dapat berkembang. "Good and bad review itu adalah review yang bagus untuk bisnis kuliner. Bad review adalah masukan agar kita bisa lebih baik lagi," kata Arnold. "Sementara good review bukan untuk kita sombong, tapi untuk menyadarkan ternyata kita punya potensi yang bisa dikembangkan lebih baik," ujarnya melanjutkan.
4. Mau berkolaborasi
Hal terakhir ialah bagaimana pelaku bisnis mau berkolaborasi dengan pihak lain, misalnya dengan layanan daring untuk memperluas bisnisnya. "Sekarang banyak marketplace. Bagaimana marketplace ini membuat begitu banyak pilihan untuk konsumen," kata salah satu pendiri waralaba "Mangkok Ku" itu.
Arnold pun mengingatkan agar memilih partner yang tepat agar bisa mengembangkan bisnis kuliner. "Kita harus grow bersama dengan food delivery untuk kolaborasi dan mempercepat skala bisnis F&B tersebut," katanya.