TEMPO.CO, Jakarta - Hipertensi adalah salah satu masalah kesehatan yang banyak diderita masyarakat di seluruh dunia. Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of the American Medical Association (JAMA) pada tahun 2018 pun mengungkapkan bahwa satu dari empat orang dewasa di dunia merupakan pasien hipertensi.
Tak heran, banyak sekali informasi yang beredar tentang tekanan darah tinggi. Meski demikian, ada salah satu informasi yang dianggap kurang benar, yakni obat hipertensi dapat merusak ginjal. Dokter spesialis jantung yang juga anggota Perhimpunan Hipertensi Indonesia, Erwinanto mengatakan bahwa obat tekanan darah tinggi memang memiliki efek samping, namun merusak ginjal bukan salah satunya.
Erwinanto menjelaskan, obat hipertensi justru bisa melindungi ginjal. Sebab dengan tekanan darah yang terkontrol, ginjal pun akan tetap bekerja normal. “Kalau tekanan darah tidak dikontrol malah sebaliknya bisa menyebabkan komplikasi pada organ tubuh lainnya, termasuk merusak ginjal,” katanya dalam acara Media Gathering di Jakarta pada Senin, 24 Februari 2020.
Efek samping dari konsumsi obat hipertensi, yaitu disfungsi seksual. Erwinanto menjelaskan bahwa hal tersebut karena kandungan beta blocker yang ada pada setiap produk obat hipertensi. Meski begitu, ini hanya terjadi pada orang lanjut usia (lansia). “Secara fisik, memang orang tua yang paling berisiko mengalami penurunan fungsi seksual,” katanya.
Selain itu, Erwinanto juga mengatakan bahwa obat hipertensi dapat menciptakan resistensi khususnya pada kelompok obesitas lantaran aktivitas saraf simpatisnya sudah terganggu. Meski begitu, bukan berarti seseorang harus berhenti mengkonsumsi obat hipertensi. “Semua efek samping ini sebenarnya bisa diminimalisir dengan gaya hidup yang baik. Kalau fungsi seksual menurun dan resisten, coba diimbangi dengan makanan bergizi dan olahraga. Pasti bisa terkendali,” katanya.